Main-main ski pertama kali, gagal. Senang sih, tapi gagal. Well, emang biasa kok ya kalau yang pertama kali itu gak selalu berakhir indah, tapi sih biasanya selalu akan dikenang. #uhuk #uhuk (oposih iki hihihi)
Karena kenangan indah dan kegagalan itu, kami sangat eager untuk merasakan ski yang sesungguhnya. Akhirnya datanglah saat yang dinanti. Here it is main-main ski part 2... Yuuk mareee
Di bulan Februari 2008 ada tawaran main ski bareng anak-anak dormitoryku.. Yeyyyy. Bareng berondong-berondong (eh di dormy saya emang banyak anak-anak under graduated kok ;p) nyaman (naik bis bareng-bareng dari dorm) dan murah pulak. Siapa yang tidak ngiler. Jadilah kami para penghuni dormitory hitotsubashi mendaftar, dan ikut pula mendaftarkan sahabat saya yang bukan penghuni dorm Nim san (can't go without her, she was my friend in crime ;p). Akhirnya kami bisa beneran main ski kali ini. Yatttaaa!!!
Pada hari yang sudah ditentukan, kami melaju dengan bis menuju ke ski resort di Kusatsu, Gunma. Sampai hotel sih gak langsung ski. Skinya dimulai keesokan harinya, pagi-pagi.Karena kali ini topiknya tentang ski, yaa.. jadi singkat cerita, datanglah pagi menjelang. Masih super duper ngantuk. Kami sarapan terus berjalan menuju tempat peminjaman peralatan ski: pakaian, google, glove, kacamata, sepatu dan kali ini alat ski-nya. Lengkap kap kap.
Melaju ke resort menggunakan bis, gak jauh sih dari resort, hanya 10 menit saja. Sampai resort, kami memasuki arena dengan semangat 45. Awalnya saya dan beberapa teman berniat mendaftar ski school, namun Nim san menawari mengajari kami dasar-dasar ski, gratis. Yak, Nim sudah pernah ski sebelumnya dengan teman-teman Thai-nya, dan biaya ski school lumayan mahal, jadilah kami mengambil tawaran Nim saja ;p. Nim mengajari kami bagaimana menggunakan alat ski, melepasnya, dan bagaimana bila banyak salju menumpuk dialat ski kami. Itu penting, karena kalau alat ski bermasalah gak mungkin bisa meluncur. Lalu Nim membawa kami berjalan ke tempat yang menanjak. Setelah sampai di tempat menanjak, kami belajar meluncur, bagaimana berhenti, dan bagaimana jatuh yang cantik (maksudnya jatuh yang kalau bangun masih tetap cantik kakaakk.. hahahha... #maunya). Belajar jatuh ini cukup penting, sebaiknya jatuhkan badan kesamping, jangan ke depan, itu berbahaya buat kepala dan juga bisa gelinding-gelinding gak tertahankan. Setelah mendapatkan pelajaran dasar, kami langsung mempraktekan pembelajaran kami. Yeyyyy. Tentu saja beberapa kali jatuh, saling nabrak hahaha, tapi seru sekali.
Setelah beberapa kali meluncur dari tempat yang menanjak, Minh teman saya dari Vietnam mengajak saya naik ski lift ke bukit dan meluncur dari sana. Teringat-ingat pengalaman pertama naik ski lift di Nagano, membuat saya agak ngeper untuk ngulang lagi, tapi Minh tetap mengajak dan akhirnya saya mau juga dengan janji bantuin saya nanti meluncurnya.. hihihi. Jadilah saya naik ski lift, dan tetap saja saya turun dari ski lift dengan menjatuhkan diri..Wadawww.. sakit je'. Then dengan dibantu Minh saya mulai meluncur dari bukit, awalnya pelan-pelan, namun karena steep, kecepatan saya bertambah secara otomatis.. Woowowowo.. Kereen. Saya meluncur. Karena saya belum bisa berkelok-kelok, kalau kira-kira saya mendekat dengan orang lain, saya langsung break atau menjatuhkan diri heheheh. Tapi seru sekali, saya sangat menikmatinya, hingga saya bolak-balik naik ski lif, meluncur dari atas. Yatttaaaa!!!!
Karena saya sudah merasakan kesenangan meluncur dari atas, saya ingin berbagi dengan teman saya yang lain yang masih bermain dibawah saja. Jadilah saya meluncurkan rayuan maut saya kedia. Daaann akhirnya setelah rayu sana sini, belio mau juga ikut saya hihihi. Jadilah kami naik ski lift berdua, lalu sebelum sampai dipuncak, saya bilang kedia: nanti turunnya loncat ya pak, jatuh dikit gak papa kok, gak sakit. Jadi, ketika sudah sampai, berguling-gulinglah kami heheheh. Yak, saatnya meluncur, saya ingatkan si bapak untuk meluncur pelang-pelan saja dan saya bilang kalau saya gak akan jauh-jauh dari dia. Start. Dia meluncur duluan dan saya mengikuti gak jauh dari dia. Belum jauh, si bapak sudah jatuh. Saya berusaha membantu, maka saya break, tapi ternyata saya kejauhan hihihi. Saya semangati lagi belio. Meluncur lagi. Jatuh lagi. Meluncur lagi. Jatuh lagi. Entah berapa kali jatuh bangun terulang, dan saya cuma bisa bilang: are you okay pak? (wakkksss, mungkin si bapak udah mau nyekek saya kali yak hihihi). Dengan perjuangan akhirnya kami sampai juga di bawah. Lalu saya melihatnya, bertanya kembali: are you okay pak? Mau naik lagi gak? (kyaaa... i messed it up yak?? serius loh, gak ada maksud selain mau berbagi kesenangan dengan belio #suwer) Tapi tentu saja jawabannya: gak wi, makasih, saya mau istirahat saja. Ya, baiklah pak. Melihat percakapan itu, teman-teman saya yang mendengar hanya ketawa-tawa saja, sambil bilang ke saya: how dare you did it to him. What? What i did wrong? #nguuiiikkk . I messed it up, yes?
Setelah usaha saya untuk mengajak si bapak itu naik lagi ditentang oleh teman-teman yang lain, saya akhirnya meluncur sendiri saja, eh bersama teman-teman yang lain siih. Kami baru selesai ketika salju turun. Kami akhirnya meluncur ke restoran untuk menghangatkan diri dan siap-siap untuk kembali ke hotel. Main-main ski part dua ini benar-benar menyenangkan. Badan cape, pegel-pegel, kedinginan, muka merah (ski siang hari juga ada matahari loh, jadi kebakar muka ;p), tapi pengalaman meluncur.. siuuut, siuuut, sangat menyenangkan. Pengen coba lagii.. (yang akhirnya saya coba lagi di Otaru, Hokkaido. Yess, ini cerita di part tiga yaa)
Oh ya, one lesson learn buat saya di part ini: jangan maksa teman yang gak mau meluncur dari bukit ya. Demi alasan keselamatan dan pertemanan. (beruntungnya bapak itu masih selamat dan masih mau berteman dengan saya. Thanks God *sujud syukur). Ceritanya nih, selang sehari pulang dari Gunma, saya dan teman saya pergi ke Sapporo untuk seminar JICA, tiba-tiba saya ditelpon dari kampus, yang nyariin si bapak karena belionya gak bisa dihubungi dan belum menyerahkan paper yang sudah deadline. Si bapak ini gak biasa kaya gini, makanya kampus berusaha nelponin, bahkan sampai nelpon teman-temannya. Saya langsung panik, telpon si bapak, telpon teman-teman lain yang ada di dormitory untuk nengokin si bapak di kamarnya. Saya coba telpon-telpon, email, dan sms. Gak dijawab. Hikss. Makinlah saya tambah khawatir. Teman-teman saya yang pergi bareng saya ke Sapporo juga ikutan khawatir. Syukurnya akhirnya si bapak membalas sms saya kalau dia sakit gak bisa bangun dari tempat tidur, tapi sudah agak baikan, dan akan segera mengirim papernya. Wuiiihhh. Langsung saya balas, kalau saya minta maaf karena bikin dia sakit, dan mendoakan semoga dia cepat sembuh. Teman-teman yang saya laporin langsung nyengir-nyengir dan men-torture saya karena saya yang membuat si bapak sakit. Errrrrrrrrr. They really enjoyed torturing me. So, kalau gak mau hal kaya gitu terjadi, lebih baik hati-hati ajak teman ber-advanture, apalagi kalau kitanya juga pemula.. Hihihiiii..
Thursday, August 30, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment