Thursday, September 27, 2012

Fuji san noboru - Percobaan Pertama (part 2)


Sampai bawah ternyata kami berjumpa dengan beberapa nihon jin yang akan mulai mendaki juga. Haris mulai mencari informasi untuk mengatur langkah selanjutnya. Mereka menyarankan kalau kami tetap mau mendaki, lebih baik lewat fujinomiya (yeahh, sama dengan saran pendaki sebelumnya) karena jalur gotemba itu biasanya di ambil oleh pendaki yang profesional. Hufff (kami kok ya yang pemula ini mau ambil jalur ini ya tak mungkinlah, kira-kira gitu kali ya arti lain dari keterangan para pendaki itu..hihihi). Lalu bagaimana kalau mau ke fujinomiya? Naik taxi. Gak ada alternatif lain. Untungnya punya no telpon bapak taxi tadi. Yak maree kita telpon. Tapi kita kan gak punya hp. Dan gak ada telpon umum di sini ternyata. Nah loh. Gimana dong? Akhirnya haris memberanikan diri minjam hp ke nihon jin, yang ternyata dengan baik hati mau meminjamkan ke kami dan membantu menjelaskan ke supir taxi. Alhamdulillah, bapak supir taxi tadi bersedia menjemput kami dan mengantar sampai fujinomiya route dengan ongkos sama. Another 20rb yen lagi. Tapi kan gak perlu menginap kedinginan di gotemba route. Pak supir taxi butuh waktu 1 jam sampai sana, jadi kami mengisi waktu dengan sholat, ngobrol-ngobrol dan poto-poto. 

Sempet terpikir juga sih gimana kalau bapak taxi gak dateng, sedangkan kita gak bisa nelpon mereka, karena para nihon jin dah mendaki semua. Ya sudah nanti kita nginep disini sampai pagi, terus pikirin lagi gimana nya besok pagi ya.. wuiih belum mulai kuliah udah keleleran di gunung. Jangan sampai masuk koran aja deh (emangnye kite selebritis masuk koran. GR dot com. Maksudnye kolom orang ilang sih hehehe). Setelah menunggu dan sempat khawatir, bapak-bapak taxi ternyata sampai.. Yippiee. Alhamdulillah. Syukurnya , orang jepang selalu bisa dipegang kata-katanya. (rasanya mau meluk mereka lagi deh, saking bahagianya saya..hihihi).

Meluncur ke fujinomiya dengan taxi. Saking capenya kami, saya pikir hampir dari kami tertidur dan bangun ketika sudah sampai fujinomiya, level 5. Ya untuk fujinomiya pendakian dimulai dari level 5, dan sampai puncak adalah level 10. Setelah mngucapkan terima kasih kepada supir taxi, dan membayar tentunya. Kami langsung menyiapkan diri, ke toilet, mendouble pakaian (baju , kaus kaki, sarung tangan di doubel kabeh). Sedang siap-siap, ternyata pavy muntah-muntah. Duh, pavy masuk angin, kayanya. Maklum, kami kelelahan dan belum makan dari sore , serta pakaian pavy ternyata sangat tipis tidak cukup menahan udara dingin saat itu. Saya dan para cewek membantu pavy membasuh badannya dengan minyak kayu putih yang syukurnya sempat saya masukan ke tas tadi pagi. Makan malam, minum susu hangat. Tapi itu masih belum cukup buat pavy. Saya minta tolong teman cowok untuk minjemin pavy jaket, supaya pavy lebih hangat. Rudi menyerahkan jaketnya. Trus loe pake apa rud? Tanya saya. Gw pake long john nih, dan bawa sarung. Hah?! Sarung? Kuat gitu? Ya loe liat orang tengger di bromo aja pada pake sarung, no problemo. Oooh, oke deh, kata saya sambil ngangguk takjub. Teman-teman lain juga nyerahin apa yang mereka punya untuk membuat pavy lebih hangat. Pavy merasa sudah baikan. Tapi saya tetap khawatir sehingga saya sarankan teman cowok aja yang naik dan kami para cewek menunggu disini. Tapi para cowok gak setuju karena menginap di level 5 juga dingin dan mereka ndakinya juga gak tenang karena harus meninggalkan para cewek disini. Naik aja, pelan-pelan, kalau cape kita istirahat. Masuk akal juga alasan mereka. Akhirnya setelah memastikan kalau pavy sudah baikan, kami pun mulai mendaki. Ternyata banyak orang yang juga mendaki malam itu. Perjalanan penuh dengan kerlap-kerlip lampu senter.

Melewati rute fujinomiya agak mendaki, namun track nya jelas, bahkan ada talinya, sehingga kami naik dengan berpegangan tali. Ada jalur naik dan jalur turunnya pula sehingga gak pake tabrakan. Kami sempat istirahat beberapa kali untuk mengumpulkan tenaga lagi. Ternyata jarak level 5 ke 6 cukup menanjak tapi tidak terlalu jauh. Sampai di level 6 kami sempatkan untuk istirahat dan melihat-lihat toko (yes, ada toko yang jual souvenis, alat ndaki, makanan dan ada vending machine hihihi dan ada toilet yang bersih. :D). di sana saya memutuskan membeli tongkat untuk mendaki karena payung saya sudah patah heheh. Tongkat ini nantinya bisa di cap di setiap level, bagus juga buat souvenir.

Setelah cukup istirahat, kami melanjutkan menuju level 7, waktu sudah menjelang pagi. Kami tetap menyesuaikan ritme kami, pelan dan pasti. Udara sudah semakin menipis. Kami lebih banyak istirahat sepanjang perjalanan, dan juga saling memberi semangat. Pelan tapi pasti kami sampailah di level 7. Yattaa. Dan sudah muncul semburat merah di langit. Matahari sudah akan terbit. Hehehe. Subhanallah, cantik sekali, kamipun tidak l/uput mengabadikan keindahannya dengan poto-poto narsis.

Setelah poto-poto, matahari mulai meninggi, udara pun mulai menghangat. Kami memutuskan untuk turun saja, karena sudah sangat lelah dan esok harina kami ada kursus nihongo. Alhamdulillah perjalanan turun lebih mudah dari naik. Sepanjang jalan kami berhenti untuk poto-poto, mengabadikan moment bahwa kami sudah pernah menjejakan kaki di Fuji san heheh. 

Sampai level 5, kami istirahat sebentar, dan mencari bis untuk pulang, alhamdulillah ternata ada bis langsung ke stasiun shinjuku. Yippiee!!  Senangnyaaa. Urus tiket, masuk bis dan eng ing eng.. tidurlah kami secepatnya ketika kami menaruh pantat di kursi bus.. sampai turun di shinjuku stasiun. (sepertinya kami tidur sangat lelap, karena saya hampir tidak ingat apa aja yang terjadi sepanjang jalan, dan tidak ada poto-potona juga)

As usual, the first experience alwas brings a lot of memories, even when it’s fail and for me this just only made me want to try again until it’s success. That I promised. To myself.

Fuji San Noboru - Percobaan Pertama (part I)


A wise man climbs Mt. Fuji once. Only a fool climbs it twice.

And I tried to climb it three times. Hihihi.

Percobaan pertama saya lakukan di awal September 2006, setelah dua bulan saya tinggal di Tokyo. Saat itu saya dan teman-teman seprogram beasiswa JDS masih mengikuti kursus bahasa jepang dan tinggal di hotel di daerah Shinjuku. Haris, teman saya yang menelurkan ide untuk mendaki Fuji san setelah mendengar kisah sukses pendakian teman kami dari Uzbekistan (FYI teman-teman dari Uzbekistan ini cowok semua, badannya gede dan tinggi). Haris sebagai penelur (ihh, emangnya ayam hihi) ide ini, merekut 7 orang yang cukup nekat untuk mengikuti idenya, yang adalah saya, Rudi, Zaky, pak Wahyu, mba Mega (from Indonesia), Minh (Vietnam) dan Pavi (Kamboja) (FYI, kelompok kami ini terdiri atas 4 cowok dan 4 cewek, yang badannya rata-rata orang asia, less than 160cm, less than 70 kg :D).

Rencana naik fuji san ini sempat berubah-ubah jadwal, dari yang sebelumnya kami rencanakan akhir Agustus, menjadi awal September. Karena berubah-ubah itu, ketika waktu yang ditetapkan juga, belum ada kepastian kami akan berangkat hingga pagi-pagi kamar saya ditelpon (FYI saat itu kami belum ada yang punya telpon genggam, karena belum ada yang punya Kartu Mahasiswa, sedangkan untuk memiliki HP di Jepang harus merupakan warga yang memiliki tanda pengenal) dan di grobyok-grobyok untuk berangkat. Waduuh, saya belum packing, gak punya persiapan apa aja yang akan dibawa, gak pake latihan buat mendaki. Dan ternyata hal itu juga dialami teman-teman saya yang lainnya. Awalnya saya menolak ikut, karena gak yakin akan sanggup mendaki Fuji san, tapi Haris meyakinkan saya kalau mendaki Fuji san itu merupakan pendakian wisata, jadi gak sulit. Baeklah kakaaakk. Saya pun grabak grubuk packing, yang pentingg jaket, topi, kerudung yang nyaman dibawa. Setelah siap, keluarlah saya menuju lift di lantai kami, tempat pertemuan. Eng ing eng, ketika saya muncul, mereka bengong ngeliat saya. Eh gak papa kan aku pake rok, kan katanya kaya taman wisata aja. Yah baiklah kakakkk, jawab mereka. Dan saya juga bawa payung kali-kali aja hujan, dan bisa juga dipakai buat tongkat. Yup. Saya siang berangkat dengan outfit naik gunung saya: rok, sepatu jalan, jaket, dan payung pink..hihihi.

Meluncurlah kami menuju stasiun shinjuku , naik odakyu line ekpres turun di shin-matsuda ganti gotemba line  menuju stasiun gotemba (jarak tempuh 2 jam saja). Sampai di stasiun gotemba kami beli makan siang dulu, dan makan di stasiun. Lalu haris dan zaky mencari tiket bus, untuk sampai ke 5th level, awal pendakian, fujinomiya route. Tapi ternyata sudah tidak ada bus ke sana, karena waktu pendakian terakhir adalah akhir agustus. OMG. What sould we do? Balik ke hotel? No way. Kami harus tetep naik Fuji san. Jadi lah kami sepakat untuk naik taxi ( FYI taxi di jepang mahal bok). Tapi kami sudah tidak punya pilihan lagi, kami harus naik taxi. Tidak mengapa mengeluarkan uang lebih daripada kembali ke hotel menanggung malu hehehe.

Setelah tanya informasi mengenai rute pendakian, kami memutuskan untuk mendaki melalui gotenba route, yang menurut papan informasi, jarak ke puncak paling dekat. Jadilah kami berdelapan naik dua taxi, haris ketua rombongan mencari taxi di depan stasiun dan berhasil mendapatkan dua bapak taxi yangbaik hati yang bersedia mematok harga per taxi 20rb Yen (yak..itung ndiri deh kalo dirupiahin, tahun 2006 sih 1yen masih 80 rupiah) yang sebenarnya harga argonya bisa lebih mahal dari ini, jadi bapak supir taxi bilang argo akan dimatikan kalau sudah sampai 20rb walaupun kami belum sampai tujuan.. wuaahh, so kind of you pak. Maka berangkatlah kami dengan dua bapak yang baik hati itu.. Yeyyyy.

Akhirnya sampailah kami di Gotemba route. Wuihh sepi banget. Saya sampai nanya berkali-kali beneran nih naik Fuji san dari sini, katanya kaya taman wisata, kok sepi. Haris dengan kalem menjawab, ini kan rute yang berbeda, yang kaya taman wisata itu yang fujinomiya route,  lagipula ini kan bukan lagi musim pendakian. Kalem amat yak nih anak. Tapi ternyata bapak supir taxi gak sekalem haris, mereka khawatir juga melihat suasana sepi begitu, jadi mereka memberikan nomor telpon dan mengingatkan kalau ada apa apa telpon mereka aja. Oooh so kind of you pak (pengen meluk mereka deh hihihi). Sebelum bapak taxi yang baik hati kita poto-poto dulu dong sama mereka.. here it is:

Eh ternyata orang jepang ada juga yang gagap teknologi yaa..hihihi

Setelah puas poto-poto, resmilah kami memulai pendakian Fuji san. Yattaa!!! Dengan semangat 45 kami berjalan, expected tanah yang mendaki, malah ketemunya padang pasir hitam landai yang luaaassss sekali. Dan sepi. Sepertinya hanya kita saja yang naik (maklum saat itu memang sudah agak sore). Saya yang awam dengan pergunungan, nanya ke haris, mana puncaknya, kok gak keliatan? Dengan tenang dia jawab, ya ini kah masih di dasar banget, ya, masih jauh lah. Baeklah. 

Lanjut lagii. Jalan di rute ini gak mudah ternyata, walaupun landai, tapi setiap melangkah, kaki masuk lebih dalam ke pasir dan mengangkatnya jadi lebih berat, sehingga kami jalan sangat perlahan. Sudah jalan cukup lama dan matahari sudah mau tenggelam, kami tidak juga melihat tanda-tanda adanya orang. Duuh, udah mulai khawatir nih. Udara sudah mulai dingin. Gelap pulak. Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan kami. 

Alhamdulillah, akhirnya kami berjumpa dengan seorang pendaki yang baru turun, haris maju untuk bertanya padanya, dan mendapatkan informasi kalau shelter pertama di rute ini masih sangaaat jauuuhh, dan berat pulak jalurnya, karena berpasir. Pendaki itu menyarankan kami untuk turun saja dan kalau masih mau mendaki lebih baik lewat fujinomiya. Yah, akhirnya kami menyepakati untuk turun, dan menyusun langkah lainnya. Untungnya belum jalan jauh. Hufff...



Monday, September 10, 2012

Menuju Pulau Bidadari


Bertemu dengan gank crocodile emang gak ada matinya, walaupun ketemunya Cuma setahun sekali. Ada aja nostalgia cerita yang bikin ketawa dan membuat saya betah nongkrong sama mereka.

Oh ya, gank crocodile ini panggilan saya buat teman-teman saya yang terdiri dari mr huri, mr wahyu, haris dan mas taufik dari kelas persiapan bahasa inggris sebelum kami berangkat melanjutkan sekolah master kami ke jepang. Menggunakan nama gank crocodile karena mereka meng-klaim diri sendiri sebagai cowok-cowok keren penakluk wanita. Sesungguhnya sih karena mereka itu asal dan ngocol abis, gak ada sama sekali hubungan dengan penaklukan wanita hahahah.

Kembali ketika saya ketemu mereka Ramadhan ini, kami bernostalgia tentang perjalanan kelas kami ke pulau bidadari sehari sebelum kami berangkat ke jepang di awal bulan Juli 2006.  Jadi ceritanya, kelas kami terdiri atas sepuluh orang yang akan berangkat ke jepang dan meneruskan kuliah di beberapa universitas berbeda, ada yang di Tokyo, Kyoto, Niigata, Kobe,Kyushu jadi karena kami sangat dekat dan kompak *uhuuyyy* kami tidak rela rasanya berpisah, jadi kami mengadakan farewel party dan  acaranya piknik ke Ancol. Ditentukanlah harinya dan yang sudah berkeluarga boleh membawa keluarganya, istri, suami, anak, cucu juga boleh heheheh.

Pada hari H, kami berkumpul dipantai karnival ancol. semua hadir ditambah keluarga-keluarganya, haris dan family, mr kumis dan family, mas taufik dan family, mba nova dan anaknya, bang zul, saya, mba mega, mas didik, mr huri dan yudi. Kami piknik, ngumpul, ngobrol ngarul ngidul di pantai karnival.

Ketika hari sudah mulai beranjak siang, kami sudah mulai bosan, lalu muncul ide untuk naik kapal kayu keliling pantai ancol. beberapa orang termasuk mr huri dan saya mendekati tukang kapal yang banyak mangkal di pantai. Kami tanya kemana saja muter-muternya, lalu tiba-tiba si tukang kapal menawarkan ke kami bahwa mereka dapat mengantarkan ke pulau bidadari. Wuiih, dengan senang hati kami menerimanya dan terjadilah tawar menawar, sampai akhirnya tercapai kesepakatan. Kami kembali ke kelompok piknik dengan hati sumringah mengabarkan kabar gembira. Ternyata tidak semua menganggap hal itu berita gembira, ya sebagian besar meragukan keberadaan kapal kayu apakah mampu membawa kami sampai ke pulau bidadari. Tapi bukan gank crocodile kalau tidak bisa meyakinkan teman-teman untuk mengikuti ide “smart” mereka, dan jadilah kami berangkat menuju pulau bidadari.

Satu persatu kami naik ke kapal walaupun dengan pandangan ragu, tapi kami tetap naik karena dorongan gank crocodile. Akhirnya kami mengatur duduk dan mulailah si kapal melaju. Pertama dengan mesin mereka mulai melaju, pelan dan pasti. Dan ternyata anak-anak cukup senang, melihat kami mulai mengarungi lautan dengan angin beritiup sepoi-sepoi. Satu jam perjalanan kami lalui dengan canda tawa. Tapi kami tidak melihat tempat tujuan kami, si pulau bidadari. mulai lah kami bertanya kepada sang pemilik kapal: dimana pak pulaunya? Dengan tenang si bapak menjawab; disana. Sambil tangannya menunjuk ke depan. Manaaa?? Kami serempat berpaling mengikuti arah tangan si bapak. Kok gak keliatan tanya kami lagi. Masih jauh mba, belum keliatan. Ahh oke, you are the sailorman.

Waktu kembali lagi berjalan, tiba-tiba kami sudah sampai ditengah-tengah lautan. Disekeliling kami hanya ada air, air dan air. Daan tiba-tiba, mesin kapan mati. Si pemilik kapal mulai menstarter mesinnya, lalu mulai mengeluarkan dayung untuk membuat kapal kami melaju. Dayuuung, ya dayung. Muka kami langsung memucat, anak-anak sudah mulai menangis, karena goyangan kapal yang semakin terasa, beberapa anak sudah mulai mabuk, dan hari sudah mulai beranjak sore. Dengan agak panik, kami tanya kembali; dimana sih bang, pulaunya? Nyampe gak nih? Jawab situkang kapal dengan ngos-ngosan; sebentar lagi kok mba. Hampir sampae. Tapi kami sama sekali tidak melihat tanda-tanda pulau di arah mata memandang, semuanya air, dan tidak ada kapal lain selain kami. Duuh, teman-teman sudah banyak yang protes, yudi teman dari madura, langsung protes, merasa anak laut dia sudah tidak dapat mempercayai navigasi si bapak tukang kapal dan juga tidak lagi mempercayai kemampuan si bapak mendayung. Jadilah setelah dua jam lebih kami terombang ambing di laut kami dengan kompak memutuskan untuk kembali ke pantai ancol sebelum hari menjadi lebih gelap. Dalam perjalanan memutar, kami sebenarnya meragukan apakah bapak ini bisa membawa kami kembali ke tempat semula, tapi kami hanya bisa berdoa. Saat itu yang kami pikirkan hanya anak-anak yang mulai mabuk dan menangis. Kami hanya bisa pasrah dan berdoa. Dan ternyata kekhawatiran kami tidak perlu, karena perjalanan pulang lebih cepat hanya satu jam saja.. betapa senangnya kami melihat daratan kembali. Mau loncat-loncat rasanya hahahah.  Kami turun satu persatu, memastikan anak-anak baik-baik saja, gank crocodile membayar ke tukang kapal, sambil ngedumel karena dikadalin hahaha. Crocodile kok dikadalin tukang kapal hahahhah

Sampai di pantai, kami hanya bisa bersyukur sudah sampai didarat dengan selamat dan memutuskan untuk istirahat sholat ashar di masjid ancol lalu pulang untuk siap-siap keberangkatan kami besok malam.
Esok harinya kami semua bertemu kembali di bandara, dengan wajah cengar cengir dan bisik-bisik: untung ya kita masih idup hahaha. (bisik-bisik karena takut ketauan sponsor kami, pastinya kami akan di omelin karena melakukan perjalanan bodoh hihihi). Lalu kami berjanji bahwa kalau kami sudah selesai sekolah, kami akan kumpul kembali dan pergi ke pulau bidadari naik boat yang lebih cepat walaupun harus mengeluarkan kocek lebih mahal hahaha. Tapi setelah  empat tahun lulus, kami belum bisa kumpul lagi untuk mewujudkan keinginan kami tersebut karena setelah lulus kami disibukan dengan hal-hal lain, haris saat ini bertugas di Makassar, mas taufik bertugas di Pekanbaru, mba nova masih tetap di Yogyakarta, mba mega di Pangkal Pinang dan bang zul masih sibu di Pemda Tanah Datar (and I heard you are sick bang. Odaijini ya), mas didik di Medan. Yudi sedang melanjutkan kuliah di aussie. Jadi otomatis hanya saya, mr huri dan mr kumis saja yang di jakarta, dan kami-kami inilah yang sering ngumpul hanya untuk menertawai kelakuaan bodoh kami waktu itu hahaha.

Miss you, guys. Semoga kita bisa ketemu lagi untuk mewujudkan cita-cita berlayar ke pulau bidadari :D

Thursday, September 6, 2012

Jalan-jalan = Poto-poto

Begitukah kamu? Iya, kalau saya.
Well, poto sangat penting buat saya. Saya suka moto. Saya suka ngeliat poto. Saya suka dipoto.
Saya pernah bilang ke teman-teman saya kalau Taking picture is like you freeze the time. Whenever you wanna back to that time, you just take a look the picture. It will bring back all the memories. 
Dan itu lah saya lakukan. For every moment. Karena saya tau, ingatan saya terbatas, saya ingin mengenang sesuatu yang indah di momen-momen tertentu, atau bahkan menceritakan pada orang-orang terdekat saya, jadi saya membekukan waktu dalam poto-poto. Makanya saya bisa mengisi blog saya ini dengan cerita perjalanan saya bertahun-tahun yang lalu, karena saya mengoleksi semua poto-poto perjalanan saya, dan semuanya seperti kembali lagi dalam ingatan saya hehehe. 

Dari kecil saya sudah suka poto. Saya senang mengeliping poto-poto di koran dan majalah, ibu saya suka sering menemui koran baru sudah bolong-bolong karena saya guntingi bagian gambarnya, ya tentu saja saya dimarahi doong heheheh. Tapi saya baru bisa membeli kamera ketika saya kuliah di Tokyo tahun 2007, saya menghadiahi diri saya Nikon d40 dan lensa nikor 50-200 pada hari ulang tahun saya. Ya, itu adalah hadiah saya buat saya hehehe (daripada gak ada yang ngadoin, mending beli buat diri sendiri dooong :p). Sejak saat itulah si nikon setia menemani saya kemana-mana. Menggantung di leher saya dengan setianya. 

Dengan modal kamera, banyak teman saya yang senang jalan sama saya, ya karena saya suka moto, dan suka dipoto, jadi saya rela dan sabar memenuhi permintaan teman-teman saya yang ingin dipoto di berbagai sudut dengan berbagai gaya. Bahkan saya sering mikir, teman-teman saya ini lebih sayang sama kamera saya daripada sama saya.. hihihi. Gimana enggak ya. Pernah saya naik gunung sama teman-teman saya, yang mereka tanya disetiap saat adalah kamera saya. Hati-hati ya kamera loe. Kalau sampai jatuh atau rusak, kita gak bisa poto-poto di puncak nih. #phew. Lalu kalau hujan, begitu juga, mereka dengan perhatiannya memberi saya payung, dan bilang ke saya: Payungin tuh kamera loe, jangan sampai rusak, sayang tau. #phew deh. Saya yang tadinya merasa diperhatikan jadi mengkeret dong ya. Tega loe ya padaa, gimana nasib gw yang bawain kamera ini. Mereka malah dengan santai bilang: Ya, kalau loe kan bisa jaga diri sendiri, kalau kamera loe kan enggak, lagian kalau loe doang gak bisa moto tauk, kita butuh kamera loe. Errrrrr. Emang ya teman-teman saya itu sadis-sadis. Hehehe. Tapi saya tau kok, mereka sayang saya apa adanya, termasuk kamera saya maksudnya.. hihihii

Ada teman-teman saya yang mewajibkan poto dibagian mana. Harus poto ditempat yang ada labelnya. Misalnya yang ada papan tulisan nama jalan, nama gedung, nama pantai. Supaya gak lupa, itu potonya dimana. Lalu ada teman saya yang punya pose khusus. Potonya harus dari samping kanan, it's her best part, she said. Ada yang minta di poto dari jarak yang jauh, biar gak keliatan gede katanya. Ada yang seneng dipoto loncat, eh itu saya diing hihihi.

Poto memang membantu saya mengingat banyak hal-hal indah, tapi ternyata kapasitas ingatan saya juga terbatas. Dengan semakin berjalannya waktu, saya mungkin akan melupakan banyak hal-hal detil, padahal saya ingin sekali mengingatnya atau berbagi dengan orang-orang terdekat saya, jadi disinilah saya, menulis blog ini :D

Semoga saya tetap istoqomah untuk melanjutkan menulis, karena secara pengalaman saya suka keenakan dengan aktivitas rutin saya, dan lupa untuk menulis. Contohnya ya blog ini. Lihat kan, blog ini saya buat tahun 2008, dan saya tinggalkan, lalu tiba-tiba di update lagi tahun 2009 dan 2010 dengan tema beda dari awal buat dan jarang-jarang di isi hehehe. Trus baru ke update lagi tahun 2012, itupun gara-gara saya iseng googling nama saya dan menemukan blog ini hahahaha. Dan karena blogspot gak di block sama kantor saya, jadi saya masih bisa update disela-sela kerja nih. hihihi (don't tell the admin kantor yaa..) 

Yah begitulah, tapi ternyata saya menemukan kesenangan tersendiri untuk mengupdate blog ini disela sela kegiatan rutin saya. Apa yang saya tulis, poto yang saya masukan, seperti membawa saya kembali ke masa-masa menyenangkan. Saya akan tersenyum dan mensyukuri apa yang telah Allah beri kepada saya. Dengan menulis, memandangi poto yang ada dan membaca kembali, saya merasa sangat beruntung. Well, seharusnya tidak ada lagi alasan buat saya untuk menelantarkan blog ini yah hihihi. Wish me luck.



Tuesday, September 4, 2012

Main-main Ski di Jepang (Part 3)

Main-main ski kali ini di Otaru, Hokkaido, di akhir bulan Februari 2008, saat saya mengikuti seminar JICA. Ini adalah kali kedua saya datang ke Otaru, hanya yang pertama saya datang untuk menikmati Snow Festival, tidak sempat skiing. Jadi ketika di jadwal seminar ada skiing, saya bersorak.. Yatttaaa!! Bisa menikmati skiing lagi. Di jadwal tertulis kami akan ber-cross country skiing disalah satu ski resort. Peserta seminar dibagi beberapa kelompok dan ditemani oleh pembimbing dari JICA. Kelompok saya kebagian jadwal sore, setelah kegiatan seminar yang lain.

Sampailah disaat yang telah dinantikan. Saya dengan tiga orang teman (Eben, Sarah dan Abbey) dan satu pembimbing dari JICA meluncur menggunakan mobil ke ski resort. Lalu kami dibawa ke tempat rental peralatan. Ternyata disana telah disediakan stik ski, dan sepatunya. Saya bertanya: bagaimana dengan pakaian, google, glove dan mask? Pembimbing kami dengan santai menjawab: we don't need those. What?? Saya langsung melihat diri sendiri, saat itu saya pake skirt dan coat. Apa bisa saya main ski pake pakaian seperti ini? (udah kebayang dong gimana repotnya meluncur dengan rok, dan bagaimana kalau saya jatuh gelinding-gelinding... duuuh.. ampyuuunnn). Tapi pembimbing kami dengan santai menjawab: Yes you can. Don't worry, it's different with the skiing you've tried before. Ahh Oke (tapi tetap aja khawatir..bagaimana kalo rok saya ini nyangkut.. gak cuma luka tapi kan maluu.. ). Tapi saya gak berani nanya lagi, saya pasrah saja. Kalau emang gak bisa, ya sudah saya kan bisa batalin main ski di Otaru ini.

Pembimbing kami membawa ke tempat kami akan main ski. Jeng jeng jeng.. Kami bengong, karena yang kami liat lapangan, yang dibuat track seperti track sepeda. Lalu saya bertanya: mana hillnya? No hill. We play here. How come, tanya saya. (kali ya pembimbing saya mikir saya ini super cerewet, tanya-tanya muluk yak.. hihihi). Lalu dia menjelaskan bagaimana main country skiing ini. Kita harus mendorong diri kita untuk meluncur, mirip-mirip main sepatu roda lah, cuma ini pake alat ski dan di track bersalju (oh ya, stick ski dan sepatunya juga berbeda dengan yang biasanya, yang ini tidak agak lebih kecil).

Akhirnya saya dan teman-teman mengikuti pembimbing kami, dan meluncuuurrr. Buat saya, ini susah juga, karena saya juga gak bisa main sepatu roda hihihi. Tapi menyenangkan mencoba hal baru. Walaupun tracknya datar, tapi ada resiko jatuh juga, kalau sepatu kita keserimpet, ya pasti gdubrak juga heheh. Over all, it was fun, seru dan lucu.

my outfit for cross country skiing, cool isn't it? :p