Thursday, September 27, 2012

Fuji San Noboru - Percobaan Pertama (part I)


A wise man climbs Mt. Fuji once. Only a fool climbs it twice.

And I tried to climb it three times. Hihihi.

Percobaan pertama saya lakukan di awal September 2006, setelah dua bulan saya tinggal di Tokyo. Saat itu saya dan teman-teman seprogram beasiswa JDS masih mengikuti kursus bahasa jepang dan tinggal di hotel di daerah Shinjuku. Haris, teman saya yang menelurkan ide untuk mendaki Fuji san setelah mendengar kisah sukses pendakian teman kami dari Uzbekistan (FYI teman-teman dari Uzbekistan ini cowok semua, badannya gede dan tinggi). Haris sebagai penelur (ihh, emangnya ayam hihi) ide ini, merekut 7 orang yang cukup nekat untuk mengikuti idenya, yang adalah saya, Rudi, Zaky, pak Wahyu, mba Mega (from Indonesia), Minh (Vietnam) dan Pavi (Kamboja) (FYI, kelompok kami ini terdiri atas 4 cowok dan 4 cewek, yang badannya rata-rata orang asia, less than 160cm, less than 70 kg :D).

Rencana naik fuji san ini sempat berubah-ubah jadwal, dari yang sebelumnya kami rencanakan akhir Agustus, menjadi awal September. Karena berubah-ubah itu, ketika waktu yang ditetapkan juga, belum ada kepastian kami akan berangkat hingga pagi-pagi kamar saya ditelpon (FYI saat itu kami belum ada yang punya telpon genggam, karena belum ada yang punya Kartu Mahasiswa, sedangkan untuk memiliki HP di Jepang harus merupakan warga yang memiliki tanda pengenal) dan di grobyok-grobyok untuk berangkat. Waduuh, saya belum packing, gak punya persiapan apa aja yang akan dibawa, gak pake latihan buat mendaki. Dan ternyata hal itu juga dialami teman-teman saya yang lainnya. Awalnya saya menolak ikut, karena gak yakin akan sanggup mendaki Fuji san, tapi Haris meyakinkan saya kalau mendaki Fuji san itu merupakan pendakian wisata, jadi gak sulit. Baeklah kakaaakk. Saya pun grabak grubuk packing, yang pentingg jaket, topi, kerudung yang nyaman dibawa. Setelah siap, keluarlah saya menuju lift di lantai kami, tempat pertemuan. Eng ing eng, ketika saya muncul, mereka bengong ngeliat saya. Eh gak papa kan aku pake rok, kan katanya kaya taman wisata aja. Yah baiklah kakakkk, jawab mereka. Dan saya juga bawa payung kali-kali aja hujan, dan bisa juga dipakai buat tongkat. Yup. Saya siang berangkat dengan outfit naik gunung saya: rok, sepatu jalan, jaket, dan payung pink..hihihi.

Meluncurlah kami menuju stasiun shinjuku , naik odakyu line ekpres turun di shin-matsuda ganti gotemba line  menuju stasiun gotemba (jarak tempuh 2 jam saja). Sampai di stasiun gotemba kami beli makan siang dulu, dan makan di stasiun. Lalu haris dan zaky mencari tiket bus, untuk sampai ke 5th level, awal pendakian, fujinomiya route. Tapi ternyata sudah tidak ada bus ke sana, karena waktu pendakian terakhir adalah akhir agustus. OMG. What sould we do? Balik ke hotel? No way. Kami harus tetep naik Fuji san. Jadi lah kami sepakat untuk naik taxi ( FYI taxi di jepang mahal bok). Tapi kami sudah tidak punya pilihan lagi, kami harus naik taxi. Tidak mengapa mengeluarkan uang lebih daripada kembali ke hotel menanggung malu hehehe.

Setelah tanya informasi mengenai rute pendakian, kami memutuskan untuk mendaki melalui gotenba route, yang menurut papan informasi, jarak ke puncak paling dekat. Jadilah kami berdelapan naik dua taxi, haris ketua rombongan mencari taxi di depan stasiun dan berhasil mendapatkan dua bapak taxi yangbaik hati yang bersedia mematok harga per taxi 20rb Yen (yak..itung ndiri deh kalo dirupiahin, tahun 2006 sih 1yen masih 80 rupiah) yang sebenarnya harga argonya bisa lebih mahal dari ini, jadi bapak supir taxi bilang argo akan dimatikan kalau sudah sampai 20rb walaupun kami belum sampai tujuan.. wuaahh, so kind of you pak. Maka berangkatlah kami dengan dua bapak yang baik hati itu.. Yeyyyy.

Akhirnya sampailah kami di Gotemba route. Wuihh sepi banget. Saya sampai nanya berkali-kali beneran nih naik Fuji san dari sini, katanya kaya taman wisata, kok sepi. Haris dengan kalem menjawab, ini kan rute yang berbeda, yang kaya taman wisata itu yang fujinomiya route,  lagipula ini kan bukan lagi musim pendakian. Kalem amat yak nih anak. Tapi ternyata bapak supir taxi gak sekalem haris, mereka khawatir juga melihat suasana sepi begitu, jadi mereka memberikan nomor telpon dan mengingatkan kalau ada apa apa telpon mereka aja. Oooh so kind of you pak (pengen meluk mereka deh hihihi). Sebelum bapak taxi yang baik hati kita poto-poto dulu dong sama mereka.. here it is:

Eh ternyata orang jepang ada juga yang gagap teknologi yaa..hihihi

Setelah puas poto-poto, resmilah kami memulai pendakian Fuji san. Yattaa!!! Dengan semangat 45 kami berjalan, expected tanah yang mendaki, malah ketemunya padang pasir hitam landai yang luaaassss sekali. Dan sepi. Sepertinya hanya kita saja yang naik (maklum saat itu memang sudah agak sore). Saya yang awam dengan pergunungan, nanya ke haris, mana puncaknya, kok gak keliatan? Dengan tenang dia jawab, ya ini kah masih di dasar banget, ya, masih jauh lah. Baeklah. 

Lanjut lagii. Jalan di rute ini gak mudah ternyata, walaupun landai, tapi setiap melangkah, kaki masuk lebih dalam ke pasir dan mengangkatnya jadi lebih berat, sehingga kami jalan sangat perlahan. Sudah jalan cukup lama dan matahari sudah mau tenggelam, kami tidak juga melihat tanda-tanda adanya orang. Duuh, udah mulai khawatir nih. Udara sudah mulai dingin. Gelap pulak. Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan kami. 

Alhamdulillah, akhirnya kami berjumpa dengan seorang pendaki yang baru turun, haris maju untuk bertanya padanya, dan mendapatkan informasi kalau shelter pertama di rute ini masih sangaaat jauuuhh, dan berat pulak jalurnya, karena berpasir. Pendaki itu menyarankan kami untuk turun saja dan kalau masih mau mendaki lebih baik lewat fujinomiya. Yah, akhirnya kami menyepakati untuk turun, dan menyusun langkah lainnya. Untungnya belum jalan jauh. Hufff...



No comments: