A wise man climbs Mt. Fuji once. Only a fool climbs it
twice.
And I tried to climb it three times. Hihihi.
Percobaan pertama saya lakukan di awal September 2006, setelah dua
bulan saya tinggal di Tokyo. Saat itu saya dan teman-teman seprogram beasiswa
JDS masih mengikuti kursus bahasa jepang dan tinggal di hotel di daerah
Shinjuku. Haris, teman saya yang menelurkan ide untuk mendaki Fuji san setelah
mendengar kisah sukses pendakian teman kami dari Uzbekistan (FYI teman-teman dari Uzbekistan ini cowok semua, badannya gede dan
tinggi). Haris sebagai penelur (ihh, emangnya ayam hihi) ide ini, merekut 7
orang yang cukup nekat untuk mengikuti idenya, yang adalah saya, Rudi, Zaky,
pak Wahyu, mba Mega (from Indonesia), Minh (Vietnam) dan Pavi (Kamboja) (FYI,
kelompok kami ini terdiri atas 4 cowok dan 4 cewek, yang badannya rata-rata
orang asia, less than 160cm, less than 70 kg :D).
Rencana naik fuji san ini sempat berubah-ubah jadwal, dari
yang sebelumnya kami rencanakan akhir Agustus, menjadi awal September. Karena
berubah-ubah itu, ketika waktu yang ditetapkan juga, belum ada kepastian kami
akan berangkat hingga pagi-pagi kamar saya ditelpon (FYI saat itu kami belum
ada yang punya telpon genggam, karena belum ada yang punya Kartu Mahasiswa,
sedangkan untuk memiliki HP di Jepang harus merupakan warga yang memiliki tanda
pengenal) dan di grobyok-grobyok untuk berangkat. Waduuh, saya belum packing,
gak punya persiapan apa aja yang akan dibawa, gak pake latihan buat mendaki.
Dan ternyata hal itu juga dialami teman-teman saya yang lainnya. Awalnya saya
menolak ikut, karena gak yakin akan sanggup mendaki Fuji san, tapi Haris
meyakinkan saya kalau mendaki Fuji san itu merupakan pendakian wisata, jadi gak sulit. Baeklah kakaaakk. Saya pun grabak grubuk packing, yang pentingg jaket,
topi, kerudung yang nyaman dibawa. Setelah siap, keluarlah saya menuju lift di lantai kami,
tempat pertemuan. Eng ing eng, ketika saya muncul, mereka bengong ngeliat saya.
Eh gak papa kan aku pake rok, kan katanya kaya taman wisata aja. Yah baiklah
kakakkk, jawab mereka. Dan saya juga bawa payung kali-kali aja hujan, dan bisa
juga dipakai buat tongkat. Yup. Saya siang berangkat dengan outfit naik gunung
saya: rok, sepatu jalan, jaket, dan payung pink..hihihi.
Meluncurlah kami menuju stasiun shinjuku , naik odakyu line ekpres turun di shin-matsuda ganti gotemba line menuju stasiun gotemba (jarak tempuh 2 jam saja). Sampai di stasiun gotemba kami beli makan
siang dulu, dan makan di stasiun. Lalu haris dan zaky mencari tiket bus, untuk
sampai ke 5th level, awal pendakian, fujinomiya route. Tapi ternyata
sudah tidak ada bus ke sana, karena waktu pendakian terakhir adalah akhir
agustus. OMG. What sould we do? Balik ke hotel? No way. Kami harus tetep naik
Fuji san. Jadi lah kami sepakat untuk naik taxi ( FYI taxi di jepang mahal
bok). Tapi kami sudah tidak punya pilihan lagi, kami harus naik taxi. Tidak
mengapa mengeluarkan uang lebih daripada kembali ke hotel menanggung malu
hehehe.
Setelah tanya informasi mengenai rute pendakian, kami
memutuskan untuk mendaki melalui gotenba route, yang menurut papan informasi,
jarak ke puncak paling dekat. Jadilah kami berdelapan naik dua taxi, haris
ketua rombongan mencari taxi di depan stasiun dan berhasil mendapatkan dua
bapak taxi yangbaik hati yang bersedia mematok harga per taxi 20rb Yen
(yak..itung ndiri deh kalo dirupiahin, tahun 2006 sih 1yen masih 80 rupiah)
yang sebenarnya harga argonya bisa lebih mahal dari ini, jadi bapak supir taxi
bilang argo akan dimatikan kalau sudah sampai 20rb walaupun kami belum sampai
tujuan.. wuaahh, so kind of you pak. Maka berangkatlah kami dengan dua bapak
yang baik hati itu.. Yeyyyy.
Akhirnya sampailah kami di Gotemba route. Wuihh sepi banget.
Saya sampai nanya berkali-kali beneran nih naik Fuji san dari sini, katanya
kaya taman wisata, kok sepi. Haris dengan kalem menjawab, ini kan rute yang
berbeda, yang kaya taman wisata itu yang fujinomiya route, lagipula ini kan bukan lagi musim pendakian.
Kalem amat yak nih anak. Tapi ternyata bapak supir taxi gak sekalem haris,
mereka khawatir juga melihat suasana sepi begitu, jadi mereka memberikan nomor
telpon dan mengingatkan kalau ada apa apa telpon mereka aja. Oooh so kind of
you pak (pengen meluk mereka deh hihihi). Sebelum bapak taxi yang baik hati
kita poto-poto dulu dong sama mereka.. here it is:
Setelah puas poto-poto, resmilah kami memulai pendakian Fuji
san. Yattaa!!! Dengan semangat 45 kami berjalan, expected tanah yang mendaki,
malah ketemunya padang pasir hitam landai yang luaaassss sekali. Dan sepi.
Sepertinya hanya kita saja yang naik (maklum saat itu memang sudah agak sore).
Saya yang awam dengan pergunungan, nanya ke haris, mana puncaknya, kok gak
keliatan? Dengan tenang dia jawab, ya ini kah masih di dasar banget, ya, masih
jauh lah. Baeklah.
Lanjut lagii. Jalan di rute ini gak mudah ternyata, walaupun landai, tapi setiap melangkah, kaki masuk lebih dalam ke pasir dan mengangkatnya jadi lebih berat, sehingga kami jalan sangat perlahan. Sudah jalan cukup lama dan matahari sudah mau tenggelam, kami tidak juga melihat tanda-tanda adanya orang. Duuh, udah mulai khawatir nih. Udara sudah mulai dingin. Gelap pulak. Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan kami.
Alhamdulillah, akhirnya kami berjumpa dengan seorang pendaki yang baru turun, haris maju untuk bertanya padanya, dan mendapatkan informasi kalau shelter pertama di rute ini masih sangaaat jauuuhh, dan berat pulak jalurnya, karena berpasir. Pendaki itu menyarankan kami untuk turun saja dan kalau masih mau mendaki lebih baik lewat fujinomiya. Yah, akhirnya kami menyepakati untuk turun, dan menyusun langkah lainnya. Untungnya belum jalan jauh. Hufff...
Lanjut lagii. Jalan di rute ini gak mudah ternyata, walaupun landai, tapi setiap melangkah, kaki masuk lebih dalam ke pasir dan mengangkatnya jadi lebih berat, sehingga kami jalan sangat perlahan. Sudah jalan cukup lama dan matahari sudah mau tenggelam, kami tidak juga melihat tanda-tanda adanya orang. Duuh, udah mulai khawatir nih. Udara sudah mulai dingin. Gelap pulak. Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan kami.
Alhamdulillah, akhirnya kami berjumpa dengan seorang pendaki yang baru turun, haris maju untuk bertanya padanya, dan mendapatkan informasi kalau shelter pertama di rute ini masih sangaaat jauuuhh, dan berat pulak jalurnya, karena berpasir. Pendaki itu menyarankan kami untuk turun saja dan kalau masih mau mendaki lebih baik lewat fujinomiya. Yah, akhirnya kami menyepakati untuk turun, dan menyusun langkah lainnya. Untungnya belum jalan jauh. Hufff...
No comments:
Post a Comment