Sampai bawah ternyata kami berjumpa dengan beberapa nihon
jin yang akan mulai mendaki juga. Haris mulai mencari informasi untuk mengatur
langkah selanjutnya. Mereka menyarankan kalau kami tetap mau mendaki, lebih
baik lewat fujinomiya (yeahh, sama dengan saran pendaki sebelumnya) karena
jalur gotemba itu biasanya di ambil oleh pendaki yang profesional. Hufff (kami
kok ya yang pemula ini mau ambil jalur ini ya tak mungkinlah, kira-kira gitu
kali ya arti lain dari keterangan para pendaki itu..hihihi). Lalu bagaimana
kalau mau ke fujinomiya? Naik taxi. Gak ada alternatif lain. Untungnya punya no
telpon bapak taxi tadi. Yak maree kita telpon. Tapi kita kan gak punya hp. Dan
gak ada telpon umum di sini ternyata. Nah loh. Gimana dong? Akhirnya haris
memberanikan diri minjam hp ke nihon jin, yang ternyata dengan baik hati mau
meminjamkan ke kami dan membantu menjelaskan ke supir taxi. Alhamdulillah,
bapak supir taxi tadi bersedia menjemput kami dan mengantar sampai fujinomiya
route dengan ongkos sama. Another 20rb yen lagi. Tapi kan gak perlu menginap
kedinginan di gotemba route. Pak supir taxi butuh waktu 1 jam sampai sana, jadi
kami mengisi waktu dengan sholat, ngobrol-ngobrol dan poto-poto.
Sempet
terpikir juga sih gimana kalau bapak taxi gak dateng, sedangkan kita gak bisa
nelpon mereka, karena para nihon jin dah mendaki semua. Ya sudah nanti kita
nginep disini sampai pagi, terus pikirin lagi gimana nya besok pagi ya.. wuiih
belum mulai kuliah udah keleleran di gunung. Jangan sampai masuk koran aja deh
(emangnye kite selebritis masuk koran. GR dot com. Maksudnye kolom orang ilang
sih hehehe). Setelah menunggu dan sempat khawatir, bapak-bapak taxi ternyata
sampai.. Yippiee. Alhamdulillah. Syukurnya , orang jepang selalu bisa dipegang
kata-katanya. (rasanya mau meluk mereka lagi deh, saking bahagianya
saya..hihihi).
Meluncur ke fujinomiya dengan taxi. Saking capenya kami,
saya pikir hampir dari kami tertidur dan bangun ketika sudah sampai fujinomiya,
level 5. Ya untuk fujinomiya pendakian dimulai dari level 5, dan sampai puncak
adalah level 10. Setelah mngucapkan terima kasih kepada supir taxi, dan
membayar tentunya. Kami langsung menyiapkan diri, ke toilet, mendouble pakaian
(baju , kaus kaki, sarung tangan di doubel kabeh). Sedang siap-siap, ternyata
pavy muntah-muntah. Duh, pavy masuk angin, kayanya. Maklum, kami kelelahan dan
belum makan dari sore , serta pakaian pavy ternyata sangat tipis tidak cukup
menahan udara dingin saat itu. Saya dan para cewek membantu pavy membasuh
badannya dengan minyak kayu putih yang syukurnya sempat saya masukan ke tas
tadi pagi. Makan malam, minum susu hangat. Tapi itu masih belum cukup buat
pavy. Saya minta tolong teman cowok untuk minjemin pavy jaket, supaya pavy
lebih hangat. Rudi menyerahkan jaketnya. Trus loe pake apa rud? Tanya saya. Gw
pake long john nih, dan bawa sarung. Hah?! Sarung? Kuat gitu? Ya loe liat orang
tengger di bromo aja pada pake sarung, no problemo. Oooh, oke deh, kata saya
sambil ngangguk takjub. Teman-teman lain juga nyerahin apa yang mereka punya
untuk membuat pavy lebih hangat. Pavy merasa sudah baikan. Tapi saya tetap
khawatir sehingga saya sarankan teman cowok aja yang naik dan kami para cewek
menunggu disini. Tapi para cowok gak setuju karena menginap di level 5 juga
dingin dan mereka ndakinya juga gak tenang karena harus meninggalkan para cewek
disini. Naik aja, pelan-pelan, kalau cape kita istirahat. Masuk akal juga
alasan mereka. Akhirnya setelah memastikan kalau pavy sudah baikan, kami pun
mulai mendaki. Ternyata banyak orang yang juga mendaki malam itu. Perjalanan
penuh dengan kerlap-kerlip lampu senter.
Melewati rute fujinomiya agak mendaki, namun track nya
jelas, bahkan ada talinya, sehingga kami naik dengan berpegangan tali. Ada
jalur naik dan jalur turunnya pula sehingga gak pake tabrakan. Kami sempat
istirahat beberapa kali untuk mengumpulkan tenaga lagi. Ternyata jarak level 5
ke 6 cukup menanjak tapi tidak terlalu jauh. Sampai di level 6 kami sempatkan
untuk istirahat dan melihat-lihat toko (yes, ada toko yang jual souvenis, alat
ndaki, makanan dan ada vending machine hihihi dan ada toilet yang bersih. :D).
di sana saya memutuskan membeli tongkat untuk mendaki karena payung saya sudah
patah heheh. Tongkat ini nantinya bisa di cap di setiap level, bagus juga buat
souvenir.
Setelah cukup istirahat, kami melanjutkan menuju level 7,
waktu sudah menjelang pagi. Kami tetap menyesuaikan ritme kami, pelan dan
pasti. Udara sudah semakin menipis. Kami lebih banyak istirahat sepanjang
perjalanan, dan juga saling memberi semangat. Pelan tapi pasti kami sampailah
di level 7. Yattaa. Dan sudah muncul semburat merah di langit. Matahari sudah
akan terbit. Hehehe. Subhanallah, cantik sekali, kamipun tidak l/uput mengabadikan
keindahannya dengan poto-poto narsis.
Setelah poto-poto, matahari mulai meninggi, udara pun mulai
menghangat. Kami memutuskan untuk turun saja, karena sudah sangat lelah dan
esok harina kami ada kursus nihongo. Alhamdulillah perjalanan turun lebih mudah
dari naik. Sepanjang jalan kami berhenti untuk poto-poto, mengabadikan moment
bahwa kami sudah pernah menjejakan kaki di Fuji san heheh.
Sampai level 5, kami
istirahat sebentar, dan mencari bis untuk pulang, alhamdulillah ternata ada bis
langsung ke stasiun shinjuku. Yippiee!!
Senangnyaaa. Urus tiket, masuk bis dan eng ing eng.. tidurlah kami
secepatnya ketika kami menaruh pantat di kursi bus.. sampai turun di shinjuku
stasiun. (sepertinya kami tidur sangat lelap, karena saya hampir tidak ingat apa
aja yang terjadi sepanjang jalan, dan tidak ada poto-potona juga)
As usual, the first experience alwas brings a lot of
memories, even when it’s fail and for me this just only made me want to try
again until it’s success. That I promised. To myself.