Spring ini mau ke Tokyo...
Yeyyyy
#senang
Monday, February 3, 2014
Thursday, September 27, 2012
Fuji san noboru - Percobaan Pertama (part 2)
Sampai bawah ternyata kami berjumpa dengan beberapa nihon
jin yang akan mulai mendaki juga. Haris mulai mencari informasi untuk mengatur
langkah selanjutnya. Mereka menyarankan kalau kami tetap mau mendaki, lebih
baik lewat fujinomiya (yeahh, sama dengan saran pendaki sebelumnya) karena
jalur gotemba itu biasanya di ambil oleh pendaki yang profesional. Hufff (kami
kok ya yang pemula ini mau ambil jalur ini ya tak mungkinlah, kira-kira gitu
kali ya arti lain dari keterangan para pendaki itu..hihihi). Lalu bagaimana
kalau mau ke fujinomiya? Naik taxi. Gak ada alternatif lain. Untungnya punya no
telpon bapak taxi tadi. Yak maree kita telpon. Tapi kita kan gak punya hp. Dan
gak ada telpon umum di sini ternyata. Nah loh. Gimana dong? Akhirnya haris
memberanikan diri minjam hp ke nihon jin, yang ternyata dengan baik hati mau
meminjamkan ke kami dan membantu menjelaskan ke supir taxi. Alhamdulillah,
bapak supir taxi tadi bersedia menjemput kami dan mengantar sampai fujinomiya
route dengan ongkos sama. Another 20rb yen lagi. Tapi kan gak perlu menginap
kedinginan di gotemba route. Pak supir taxi butuh waktu 1 jam sampai sana, jadi
kami mengisi waktu dengan sholat, ngobrol-ngobrol dan poto-poto.
Sempet
terpikir juga sih gimana kalau bapak taxi gak dateng, sedangkan kita gak bisa
nelpon mereka, karena para nihon jin dah mendaki semua. Ya sudah nanti kita
nginep disini sampai pagi, terus pikirin lagi gimana nya besok pagi ya.. wuiih
belum mulai kuliah udah keleleran di gunung. Jangan sampai masuk koran aja deh
(emangnye kite selebritis masuk koran. GR dot com. Maksudnye kolom orang ilang
sih hehehe). Setelah menunggu dan sempat khawatir, bapak-bapak taxi ternyata
sampai.. Yippiee. Alhamdulillah. Syukurnya , orang jepang selalu bisa dipegang
kata-katanya. (rasanya mau meluk mereka lagi deh, saking bahagianya
saya..hihihi).
Meluncur ke fujinomiya dengan taxi. Saking capenya kami,
saya pikir hampir dari kami tertidur dan bangun ketika sudah sampai fujinomiya,
level 5. Ya untuk fujinomiya pendakian dimulai dari level 5, dan sampai puncak
adalah level 10. Setelah mngucapkan terima kasih kepada supir taxi, dan
membayar tentunya. Kami langsung menyiapkan diri, ke toilet, mendouble pakaian
(baju , kaus kaki, sarung tangan di doubel kabeh). Sedang siap-siap, ternyata
pavy muntah-muntah. Duh, pavy masuk angin, kayanya. Maklum, kami kelelahan dan
belum makan dari sore , serta pakaian pavy ternyata sangat tipis tidak cukup
menahan udara dingin saat itu. Saya dan para cewek membantu pavy membasuh
badannya dengan minyak kayu putih yang syukurnya sempat saya masukan ke tas
tadi pagi. Makan malam, minum susu hangat. Tapi itu masih belum cukup buat
pavy. Saya minta tolong teman cowok untuk minjemin pavy jaket, supaya pavy
lebih hangat. Rudi menyerahkan jaketnya. Trus loe pake apa rud? Tanya saya. Gw
pake long john nih, dan bawa sarung. Hah?! Sarung? Kuat gitu? Ya loe liat orang
tengger di bromo aja pada pake sarung, no problemo. Oooh, oke deh, kata saya
sambil ngangguk takjub. Teman-teman lain juga nyerahin apa yang mereka punya
untuk membuat pavy lebih hangat. Pavy merasa sudah baikan. Tapi saya tetap
khawatir sehingga saya sarankan teman cowok aja yang naik dan kami para cewek
menunggu disini. Tapi para cowok gak setuju karena menginap di level 5 juga
dingin dan mereka ndakinya juga gak tenang karena harus meninggalkan para cewek
disini. Naik aja, pelan-pelan, kalau cape kita istirahat. Masuk akal juga
alasan mereka. Akhirnya setelah memastikan kalau pavy sudah baikan, kami pun
mulai mendaki. Ternyata banyak orang yang juga mendaki malam itu. Perjalanan
penuh dengan kerlap-kerlip lampu senter.
Melewati rute fujinomiya agak mendaki, namun track nya
jelas, bahkan ada talinya, sehingga kami naik dengan berpegangan tali. Ada
jalur naik dan jalur turunnya pula sehingga gak pake tabrakan. Kami sempat
istirahat beberapa kali untuk mengumpulkan tenaga lagi. Ternyata jarak level 5
ke 6 cukup menanjak tapi tidak terlalu jauh. Sampai di level 6 kami sempatkan
untuk istirahat dan melihat-lihat toko (yes, ada toko yang jual souvenis, alat
ndaki, makanan dan ada vending machine hihihi dan ada toilet yang bersih. :D).
di sana saya memutuskan membeli tongkat untuk mendaki karena payung saya sudah
patah heheh. Tongkat ini nantinya bisa di cap di setiap level, bagus juga buat
souvenir.
Setelah cukup istirahat, kami melanjutkan menuju level 7,
waktu sudah menjelang pagi. Kami tetap menyesuaikan ritme kami, pelan dan
pasti. Udara sudah semakin menipis. Kami lebih banyak istirahat sepanjang
perjalanan, dan juga saling memberi semangat. Pelan tapi pasti kami sampailah
di level 7. Yattaa. Dan sudah muncul semburat merah di langit. Matahari sudah
akan terbit. Hehehe. Subhanallah, cantik sekali, kamipun tidak l/uput mengabadikan
keindahannya dengan poto-poto narsis.
Setelah poto-poto, matahari mulai meninggi, udara pun mulai
menghangat. Kami memutuskan untuk turun saja, karena sudah sangat lelah dan
esok harina kami ada kursus nihongo. Alhamdulillah perjalanan turun lebih mudah
dari naik. Sepanjang jalan kami berhenti untuk poto-poto, mengabadikan moment
bahwa kami sudah pernah menjejakan kaki di Fuji san heheh.
Sampai level 5, kami
istirahat sebentar, dan mencari bis untuk pulang, alhamdulillah ternata ada bis
langsung ke stasiun shinjuku. Yippiee!!
Senangnyaaa. Urus tiket, masuk bis dan eng ing eng.. tidurlah kami
secepatnya ketika kami menaruh pantat di kursi bus.. sampai turun di shinjuku
stasiun. (sepertinya kami tidur sangat lelap, karena saya hampir tidak ingat apa
aja yang terjadi sepanjang jalan, dan tidak ada poto-potona juga)
As usual, the first experience alwas brings a lot of
memories, even when it’s fail and for me this just only made me want to try
again until it’s success. That I promised. To myself.
Fuji San Noboru - Percobaan Pertama (part I)
A wise man climbs Mt. Fuji once. Only a fool climbs it
twice.
And I tried to climb it three times. Hihihi.
Percobaan pertama saya lakukan di awal September 2006, setelah dua
bulan saya tinggal di Tokyo. Saat itu saya dan teman-teman seprogram beasiswa
JDS masih mengikuti kursus bahasa jepang dan tinggal di hotel di daerah
Shinjuku. Haris, teman saya yang menelurkan ide untuk mendaki Fuji san setelah
mendengar kisah sukses pendakian teman kami dari Uzbekistan (FYI teman-teman dari Uzbekistan ini cowok semua, badannya gede dan
tinggi). Haris sebagai penelur (ihh, emangnya ayam hihi) ide ini, merekut 7
orang yang cukup nekat untuk mengikuti idenya, yang adalah saya, Rudi, Zaky,
pak Wahyu, mba Mega (from Indonesia), Minh (Vietnam) dan Pavi (Kamboja) (FYI,
kelompok kami ini terdiri atas 4 cowok dan 4 cewek, yang badannya rata-rata
orang asia, less than 160cm, less than 70 kg :D).
Rencana naik fuji san ini sempat berubah-ubah jadwal, dari
yang sebelumnya kami rencanakan akhir Agustus, menjadi awal September. Karena
berubah-ubah itu, ketika waktu yang ditetapkan juga, belum ada kepastian kami
akan berangkat hingga pagi-pagi kamar saya ditelpon (FYI saat itu kami belum
ada yang punya telpon genggam, karena belum ada yang punya Kartu Mahasiswa,
sedangkan untuk memiliki HP di Jepang harus merupakan warga yang memiliki tanda
pengenal) dan di grobyok-grobyok untuk berangkat. Waduuh, saya belum packing,
gak punya persiapan apa aja yang akan dibawa, gak pake latihan buat mendaki.
Dan ternyata hal itu juga dialami teman-teman saya yang lainnya. Awalnya saya
menolak ikut, karena gak yakin akan sanggup mendaki Fuji san, tapi Haris
meyakinkan saya kalau mendaki Fuji san itu merupakan pendakian wisata, jadi gak sulit. Baeklah kakaaakk. Saya pun grabak grubuk packing, yang pentingg jaket,
topi, kerudung yang nyaman dibawa. Setelah siap, keluarlah saya menuju lift di lantai kami,
tempat pertemuan. Eng ing eng, ketika saya muncul, mereka bengong ngeliat saya.
Eh gak papa kan aku pake rok, kan katanya kaya taman wisata aja. Yah baiklah
kakakkk, jawab mereka. Dan saya juga bawa payung kali-kali aja hujan, dan bisa
juga dipakai buat tongkat. Yup. Saya siang berangkat dengan outfit naik gunung
saya: rok, sepatu jalan, jaket, dan payung pink..hihihi.
Meluncurlah kami menuju stasiun shinjuku , naik odakyu line ekpres turun di shin-matsuda ganti gotemba line menuju stasiun gotemba (jarak tempuh 2 jam saja). Sampai di stasiun gotemba kami beli makan
siang dulu, dan makan di stasiun. Lalu haris dan zaky mencari tiket bus, untuk
sampai ke 5th level, awal pendakian, fujinomiya route. Tapi ternyata
sudah tidak ada bus ke sana, karena waktu pendakian terakhir adalah akhir
agustus. OMG. What sould we do? Balik ke hotel? No way. Kami harus tetep naik
Fuji san. Jadi lah kami sepakat untuk naik taxi ( FYI taxi di jepang mahal
bok). Tapi kami sudah tidak punya pilihan lagi, kami harus naik taxi. Tidak
mengapa mengeluarkan uang lebih daripada kembali ke hotel menanggung malu
hehehe.
Setelah tanya informasi mengenai rute pendakian, kami
memutuskan untuk mendaki melalui gotenba route, yang menurut papan informasi,
jarak ke puncak paling dekat. Jadilah kami berdelapan naik dua taxi, haris
ketua rombongan mencari taxi di depan stasiun dan berhasil mendapatkan dua
bapak taxi yangbaik hati yang bersedia mematok harga per taxi 20rb Yen
(yak..itung ndiri deh kalo dirupiahin, tahun 2006 sih 1yen masih 80 rupiah)
yang sebenarnya harga argonya bisa lebih mahal dari ini, jadi bapak supir taxi
bilang argo akan dimatikan kalau sudah sampai 20rb walaupun kami belum sampai
tujuan.. wuaahh, so kind of you pak. Maka berangkatlah kami dengan dua bapak
yang baik hati itu.. Yeyyyy.
Akhirnya sampailah kami di Gotemba route. Wuihh sepi banget.
Saya sampai nanya berkali-kali beneran nih naik Fuji san dari sini, katanya
kaya taman wisata, kok sepi. Haris dengan kalem menjawab, ini kan rute yang
berbeda, yang kaya taman wisata itu yang fujinomiya route, lagipula ini kan bukan lagi musim pendakian.
Kalem amat yak nih anak. Tapi ternyata bapak supir taxi gak sekalem haris,
mereka khawatir juga melihat suasana sepi begitu, jadi mereka memberikan nomor
telpon dan mengingatkan kalau ada apa apa telpon mereka aja. Oooh so kind of
you pak (pengen meluk mereka deh hihihi). Sebelum bapak taxi yang baik hati
kita poto-poto dulu dong sama mereka.. here it is:
Setelah puas poto-poto, resmilah kami memulai pendakian Fuji
san. Yattaa!!! Dengan semangat 45 kami berjalan, expected tanah yang mendaki,
malah ketemunya padang pasir hitam landai yang luaaassss sekali. Dan sepi.
Sepertinya hanya kita saja yang naik (maklum saat itu memang sudah agak sore).
Saya yang awam dengan pergunungan, nanya ke haris, mana puncaknya, kok gak
keliatan? Dengan tenang dia jawab, ya ini kah masih di dasar banget, ya, masih
jauh lah. Baeklah.
Lanjut lagii. Jalan di rute ini gak mudah ternyata, walaupun landai, tapi setiap melangkah, kaki masuk lebih dalam ke pasir dan mengangkatnya jadi lebih berat, sehingga kami jalan sangat perlahan. Sudah jalan cukup lama dan matahari sudah mau tenggelam, kami tidak juga melihat tanda-tanda adanya orang. Duuh, udah mulai khawatir nih. Udara sudah mulai dingin. Gelap pulak. Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan kami.
Alhamdulillah, akhirnya kami berjumpa dengan seorang pendaki yang baru turun, haris maju untuk bertanya padanya, dan mendapatkan informasi kalau shelter pertama di rute ini masih sangaaat jauuuhh, dan berat pulak jalurnya, karena berpasir. Pendaki itu menyarankan kami untuk turun saja dan kalau masih mau mendaki lebih baik lewat fujinomiya. Yah, akhirnya kami menyepakati untuk turun, dan menyusun langkah lainnya. Untungnya belum jalan jauh. Hufff...
Lanjut lagii. Jalan di rute ini gak mudah ternyata, walaupun landai, tapi setiap melangkah, kaki masuk lebih dalam ke pasir dan mengangkatnya jadi lebih berat, sehingga kami jalan sangat perlahan. Sudah jalan cukup lama dan matahari sudah mau tenggelam, kami tidak juga melihat tanda-tanda adanya orang. Duuh, udah mulai khawatir nih. Udara sudah mulai dingin. Gelap pulak. Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan kami.
Alhamdulillah, akhirnya kami berjumpa dengan seorang pendaki yang baru turun, haris maju untuk bertanya padanya, dan mendapatkan informasi kalau shelter pertama di rute ini masih sangaaat jauuuhh, dan berat pulak jalurnya, karena berpasir. Pendaki itu menyarankan kami untuk turun saja dan kalau masih mau mendaki lebih baik lewat fujinomiya. Yah, akhirnya kami menyepakati untuk turun, dan menyusun langkah lainnya. Untungnya belum jalan jauh. Hufff...
Monday, September 10, 2012
Menuju Pulau Bidadari
Bertemu dengan gank crocodile emang gak ada matinya,
walaupun ketemunya Cuma setahun sekali. Ada aja nostalgia cerita yang bikin
ketawa dan membuat saya betah nongkrong sama mereka.
Oh ya, gank crocodile ini panggilan saya buat teman-teman
saya yang terdiri dari mr huri, mr wahyu, haris dan mas taufik dari kelas
persiapan bahasa inggris sebelum kami berangkat melanjutkan sekolah master kami
ke jepang. Menggunakan nama gank crocodile karena mereka meng-klaim diri sendiri
sebagai cowok-cowok keren penakluk wanita. Sesungguhnya sih karena mereka itu
asal dan ngocol abis, gak ada sama sekali hubungan dengan penaklukan wanita
hahahah.
Kembali ketika saya ketemu mereka Ramadhan ini, kami
bernostalgia tentang perjalanan kelas kami ke pulau bidadari sehari sebelum
kami berangkat ke jepang di awal bulan Juli 2006. Jadi ceritanya, kelas kami terdiri atas
sepuluh orang yang akan berangkat ke jepang dan meneruskan kuliah di beberapa
universitas berbeda, ada yang di Tokyo, Kyoto, Niigata, Kobe,Kyushu jadi karena
kami sangat dekat dan kompak *uhuuyyy* kami tidak rela rasanya berpisah, jadi
kami mengadakan farewel party dan acaranya piknik ke Ancol. Ditentukanlah harinya
dan yang sudah berkeluarga boleh membawa keluarganya, istri, suami, anak, cucu
juga boleh heheheh.
Pada hari H, kami berkumpul dipantai karnival ancol. semua
hadir ditambah keluarga-keluarganya, haris dan family, mr kumis dan family, mas
taufik dan family, mba nova dan anaknya, bang zul, saya, mba mega, mas didik, mr
huri dan yudi. Kami piknik, ngumpul, ngobrol ngarul ngidul di pantai karnival.
Ketika hari sudah mulai beranjak siang, kami sudah mulai
bosan, lalu muncul ide untuk naik kapal kayu keliling pantai ancol. beberapa
orang termasuk mr huri dan saya mendekati tukang kapal yang banyak mangkal di
pantai. Kami tanya kemana saja muter-muternya, lalu tiba-tiba si tukang kapal
menawarkan ke kami bahwa mereka dapat mengantarkan ke pulau bidadari. Wuiih,
dengan senang hati kami menerimanya dan terjadilah tawar menawar, sampai
akhirnya tercapai kesepakatan. Kami kembali ke kelompok piknik dengan hati
sumringah mengabarkan kabar gembira. Ternyata tidak semua menganggap hal itu
berita gembira, ya sebagian besar meragukan keberadaan kapal kayu apakah mampu
membawa kami sampai ke pulau bidadari. Tapi bukan gank crocodile kalau tidak
bisa meyakinkan teman-teman untuk mengikuti ide “smart” mereka, dan jadilah
kami berangkat menuju pulau bidadari.
Satu persatu kami naik ke kapal walaupun dengan pandangan
ragu, tapi kami tetap naik karena dorongan gank crocodile. Akhirnya kami
mengatur duduk dan mulailah si kapal melaju. Pertama dengan mesin mereka mulai
melaju, pelan dan pasti. Dan ternyata anak-anak cukup senang, melihat kami
mulai mengarungi lautan dengan angin beritiup sepoi-sepoi. Satu jam perjalanan
kami lalui dengan canda tawa. Tapi kami tidak melihat tempat tujuan kami, si
pulau bidadari. mulai lah kami bertanya kepada sang pemilik kapal: dimana pak
pulaunya? Dengan tenang si bapak menjawab; disana. Sambil tangannya menunjuk ke
depan. Manaaa?? Kami serempat berpaling mengikuti arah tangan si bapak. Kok gak
keliatan tanya kami lagi. Masih jauh mba, belum keliatan. Ahh oke, you are the
sailorman.
Waktu kembali lagi berjalan, tiba-tiba kami sudah sampai
ditengah-tengah lautan. Disekeliling kami hanya ada air, air dan air. Daan
tiba-tiba, mesin kapan mati. Si pemilik kapal mulai menstarter mesinnya, lalu
mulai mengeluarkan dayung untuk membuat kapal kami melaju. Dayuuung, ya dayung.
Muka kami langsung memucat, anak-anak sudah mulai menangis, karena goyangan
kapal yang semakin terasa, beberapa anak sudah mulai mabuk, dan hari sudah
mulai beranjak sore. Dengan agak panik, kami tanya kembali; dimana sih bang,
pulaunya? Nyampe gak nih? Jawab situkang kapal dengan ngos-ngosan; sebentar
lagi kok mba. Hampir sampae. Tapi kami sama sekali tidak melihat tanda-tanda
pulau di arah mata memandang, semuanya air, dan tidak ada kapal lain selain
kami. Duuh, teman-teman sudah banyak yang protes, yudi teman dari madura,
langsung protes, merasa anak laut dia sudah tidak dapat mempercayai navigasi si
bapak tukang kapal dan juga tidak lagi mempercayai kemampuan si bapak
mendayung. Jadilah setelah dua jam lebih kami terombang ambing di laut kami
dengan kompak memutuskan untuk kembali ke pantai ancol sebelum hari menjadi
lebih gelap. Dalam perjalanan memutar, kami sebenarnya meragukan apakah bapak
ini bisa membawa kami kembali ke tempat semula, tapi kami hanya bisa berdoa.
Saat itu yang kami pikirkan hanya anak-anak yang mulai mabuk dan menangis. Kami
hanya bisa pasrah dan berdoa. Dan ternyata kekhawatiran kami tidak perlu,
karena perjalanan pulang lebih cepat hanya satu jam saja.. betapa senangnya
kami melihat daratan kembali. Mau loncat-loncat rasanya hahahah. Kami turun satu persatu, memastikan anak-anak
baik-baik saja, gank crocodile membayar ke tukang kapal, sambil ngedumel karena
dikadalin hahaha. Crocodile kok dikadalin tukang kapal hahahhah
Sampai di pantai, kami hanya bisa bersyukur sudah sampai
didarat dengan selamat dan memutuskan untuk istirahat sholat ashar di masjid
ancol lalu pulang untuk siap-siap keberangkatan kami besok malam.
Esok harinya kami semua bertemu kembali di bandara, dengan
wajah cengar cengir dan bisik-bisik: untung ya kita masih idup hahaha.
(bisik-bisik karena takut ketauan sponsor kami, pastinya kami akan di omelin karena melakukan perjalanan bodoh hihihi). Lalu kami berjanji bahwa kalau
kami sudah selesai sekolah, kami akan kumpul kembali dan pergi ke pulau
bidadari naik boat yang lebih cepat walaupun harus mengeluarkan kocek lebih
mahal hahaha. Tapi setelah empat tahun
lulus, kami belum bisa kumpul lagi untuk mewujudkan keinginan kami tersebut
karena setelah lulus kami disibukan dengan hal-hal lain, haris saat ini
bertugas di Makassar, mas taufik bertugas di Pekanbaru, mba nova masih tetap di
Yogyakarta, mba mega di Pangkal Pinang dan bang zul masih sibu di Pemda Tanah
Datar (and I heard you are sick bang. Odaijini ya), mas didik di Medan. Yudi
sedang melanjutkan kuliah di aussie. Jadi otomatis hanya saya, mr huri dan mr
kumis saja yang di jakarta, dan kami-kami inilah yang sering ngumpul hanya
untuk menertawai kelakuaan bodoh kami waktu itu hahaha.
Thursday, September 6, 2012
Jalan-jalan = Poto-poto
Begitukah kamu? Iya, kalau saya.
Well, poto sangat penting buat saya. Saya suka moto. Saya suka ngeliat poto. Saya suka dipoto.
Saya pernah bilang ke teman-teman saya kalau Taking picture is like you freeze the time. Whenever you wanna back to that time, you just take a look the picture. It will bring back all the memories.
Dan itu lah saya lakukan. For every moment. Karena saya tau, ingatan saya terbatas, saya ingin mengenang sesuatu yang indah di momen-momen tertentu, atau bahkan menceritakan pada orang-orang terdekat saya, jadi saya membekukan waktu dalam poto-poto. Makanya saya bisa mengisi blog saya ini dengan cerita perjalanan saya bertahun-tahun yang lalu, karena saya mengoleksi semua poto-poto perjalanan saya, dan semuanya seperti kembali lagi dalam ingatan saya hehehe.
Dari kecil saya sudah suka poto. Saya senang mengeliping poto-poto di koran dan majalah, ibu saya suka sering menemui koran baru sudah bolong-bolong karena saya guntingi bagian gambarnya, ya tentu saja saya dimarahi doong heheheh. Tapi saya baru bisa membeli kamera ketika saya kuliah di Tokyo tahun 2007, saya menghadiahi diri saya Nikon d40 dan lensa nikor 50-200 pada hari ulang tahun saya. Ya, itu adalah hadiah saya buat saya hehehe (daripada gak ada yang ngadoin, mending beli buat diri sendiri dooong :p). Sejak saat itulah si nikon setia menemani saya kemana-mana. Menggantung di leher saya dengan setianya.
Dengan modal kamera, banyak teman saya yang senang jalan sama saya, ya karena saya suka moto, dan suka dipoto, jadi saya rela dan sabar memenuhi permintaan teman-teman saya yang ingin dipoto di berbagai sudut dengan berbagai gaya. Bahkan saya sering mikir, teman-teman saya ini lebih sayang sama kamera saya daripada sama saya.. hihihi. Gimana enggak ya. Pernah saya naik gunung sama teman-teman saya, yang mereka tanya disetiap saat adalah kamera saya. Hati-hati ya kamera loe. Kalau sampai jatuh atau rusak, kita gak bisa poto-poto di puncak nih. #phew. Lalu kalau hujan, begitu juga, mereka dengan perhatiannya memberi saya payung, dan bilang ke saya: Payungin tuh kamera loe, jangan sampai rusak, sayang tau. #phew deh. Saya yang tadinya merasa diperhatikan jadi mengkeret dong ya. Tega loe ya padaa, gimana nasib gw yang bawain kamera ini. Mereka malah dengan santai bilang: Ya, kalau loe kan bisa jaga diri sendiri, kalau kamera loe kan enggak, lagian kalau loe doang gak bisa moto tauk, kita butuh kamera loe. Errrrrr. Emang ya teman-teman saya itu sadis-sadis. Hehehe. Tapi saya tau kok, mereka sayang saya apa adanya, termasuk kamera saya maksudnya.. hihihii
Ada teman-teman saya yang mewajibkan poto dibagian mana. Harus poto ditempat yang ada labelnya. Misalnya yang ada papan tulisan nama jalan, nama gedung, nama pantai. Supaya gak lupa, itu potonya dimana. Lalu ada teman saya yang punya pose khusus. Potonya harus dari samping kanan, it's her best part, she said. Ada yang minta di poto dari jarak yang jauh, biar gak keliatan gede katanya. Ada yang seneng dipoto loncat, eh itu saya diing hihihi.
Poto memang membantu saya mengingat banyak hal-hal indah, tapi ternyata kapasitas ingatan saya juga terbatas. Dengan semakin berjalannya waktu, saya mungkin akan melupakan banyak hal-hal detil, padahal saya ingin sekali mengingatnya atau berbagi dengan orang-orang terdekat saya, jadi disinilah saya, menulis blog ini :D
Semoga saya tetap istoqomah untuk melanjutkan menulis, karena secara pengalaman saya suka keenakan dengan aktivitas rutin saya, dan lupa untuk menulis. Contohnya ya blog ini. Lihat kan, blog ini saya buat tahun 2008, dan saya tinggalkan, lalu tiba-tiba di update lagi tahun 2009 dan 2010 dengan tema beda dari awal buat dan jarang-jarang di isi hehehe. Trus baru ke update lagi tahun 2012, itupun gara-gara saya iseng googling nama saya dan menemukan blog ini hahahaha. Dan karena blogspot gak di block sama kantor saya, jadi saya masih bisa update disela-sela kerja nih. hihihi (don't tell the admin kantor yaa..)
Yah begitulah, tapi ternyata saya menemukan kesenangan tersendiri untuk mengupdate blog ini disela sela kegiatan rutin saya. Apa yang saya tulis, poto yang saya masukan, seperti membawa saya kembali ke masa-masa menyenangkan. Saya akan tersenyum dan mensyukuri apa yang telah Allah beri kepada saya. Dengan menulis, memandangi poto yang ada dan membaca kembali, saya merasa sangat beruntung. Well, seharusnya tidak ada lagi alasan buat saya untuk menelantarkan blog ini yah hihihi. Wish me luck.
Tuesday, September 4, 2012
Main-main Ski di Jepang (Part 3)
Main-main ski kali ini di Otaru, Hokkaido, di akhir bulan Februari 2008, saat saya mengikuti seminar JICA. Ini adalah kali kedua saya datang ke Otaru, hanya yang pertama saya datang untuk menikmati Snow Festival, tidak sempat skiing. Jadi ketika di jadwal seminar ada skiing, saya bersorak.. Yatttaaa!! Bisa menikmati skiing lagi. Di jadwal tertulis kami akan ber-cross country skiing disalah satu ski resort. Peserta seminar dibagi beberapa kelompok dan ditemani oleh pembimbing dari JICA. Kelompok saya kebagian jadwal sore, setelah kegiatan seminar yang lain.
Sampailah disaat yang telah dinantikan. Saya dengan tiga orang teman (Eben, Sarah dan Abbey) dan satu pembimbing dari JICA meluncur menggunakan mobil ke ski resort. Lalu kami dibawa ke tempat rental peralatan. Ternyata disana telah disediakan stik ski, dan sepatunya. Saya bertanya: bagaimana dengan pakaian, google, glove dan mask? Pembimbing kami dengan santai menjawab: we don't need those. What?? Saya langsung melihat diri sendiri, saat itu saya pake skirt dan coat. Apa bisa saya main ski pake pakaian seperti ini? (udah kebayang dong gimana repotnya meluncur dengan rok, dan bagaimana kalau saya jatuh gelinding-gelinding... duuuh.. ampyuuunnn). Tapi pembimbing kami dengan santai menjawab: Yes you can. Don't worry, it's different with the skiing you've tried before. Ahh Oke (tapi tetap aja khawatir..bagaimana kalo rok saya ini nyangkut.. gak cuma luka tapi kan maluu.. ). Tapi saya gak berani nanya lagi, saya pasrah saja. Kalau emang gak bisa, ya sudah saya kan bisa batalin main ski di Otaru ini.
Pembimbing kami membawa ke tempat kami akan main ski. Jeng jeng jeng.. Kami bengong, karena yang kami liat lapangan, yang dibuat track seperti track sepeda. Lalu saya bertanya: mana hillnya? No hill. We play here. How come, tanya saya. (kali ya pembimbing saya mikir saya ini super cerewet, tanya-tanya muluk yak.. hihihi). Lalu dia menjelaskan bagaimana main country skiing ini. Kita harus mendorong diri kita untuk meluncur, mirip-mirip main sepatu roda lah, cuma ini pake alat ski dan di track bersalju (oh ya, stick ski dan sepatunya juga berbeda dengan yang biasanya, yang ini tidak agak lebih kecil).
Akhirnya saya dan teman-teman mengikuti pembimbing kami, dan meluncuuurrr. Buat saya, ini susah juga, karena saya juga gak bisa main sepatu roda hihihi. Tapi menyenangkan mencoba hal baru. Walaupun tracknya datar, tapi ada resiko jatuh juga, kalau sepatu kita keserimpet, ya pasti gdubrak juga heheh. Over all, it was fun, seru dan lucu.
Sampailah disaat yang telah dinantikan. Saya dengan tiga orang teman (Eben, Sarah dan Abbey) dan satu pembimbing dari JICA meluncur menggunakan mobil ke ski resort. Lalu kami dibawa ke tempat rental peralatan. Ternyata disana telah disediakan stik ski, dan sepatunya. Saya bertanya: bagaimana dengan pakaian, google, glove dan mask? Pembimbing kami dengan santai menjawab: we don't need those. What?? Saya langsung melihat diri sendiri, saat itu saya pake skirt dan coat. Apa bisa saya main ski pake pakaian seperti ini? (udah kebayang dong gimana repotnya meluncur dengan rok, dan bagaimana kalau saya jatuh gelinding-gelinding... duuuh.. ampyuuunnn). Tapi pembimbing kami dengan santai menjawab: Yes you can. Don't worry, it's different with the skiing you've tried before. Ahh Oke (tapi tetap aja khawatir..bagaimana kalo rok saya ini nyangkut.. gak cuma luka tapi kan maluu.. ). Tapi saya gak berani nanya lagi, saya pasrah saja. Kalau emang gak bisa, ya sudah saya kan bisa batalin main ski di Otaru ini.
Pembimbing kami membawa ke tempat kami akan main ski. Jeng jeng jeng.. Kami bengong, karena yang kami liat lapangan, yang dibuat track seperti track sepeda. Lalu saya bertanya: mana hillnya? No hill. We play here. How come, tanya saya. (kali ya pembimbing saya mikir saya ini super cerewet, tanya-tanya muluk yak.. hihihi). Lalu dia menjelaskan bagaimana main country skiing ini. Kita harus mendorong diri kita untuk meluncur, mirip-mirip main sepatu roda lah, cuma ini pake alat ski dan di track bersalju (oh ya, stick ski dan sepatunya juga berbeda dengan yang biasanya, yang ini tidak agak lebih kecil).
Akhirnya saya dan teman-teman mengikuti pembimbing kami, dan meluncuuurrr. Buat saya, ini susah juga, karena saya juga gak bisa main sepatu roda hihihi. Tapi menyenangkan mencoba hal baru. Walaupun tracknya datar, tapi ada resiko jatuh juga, kalau sepatu kita keserimpet, ya pasti gdubrak juga heheh. Over all, it was fun, seru dan lucu.
my outfit for cross country skiing, cool isn't it? :p
Thursday, August 30, 2012
Main-main ski di Jepang (Part 2)
Main-main ski pertama kali, gagal. Senang sih, tapi gagal. Well, emang biasa kok ya kalau yang pertama kali itu gak selalu berakhir indah, tapi sih biasanya selalu akan dikenang. #uhuk #uhuk (oposih iki hihihi)
Karena kenangan indah dan kegagalan itu, kami sangat eager untuk merasakan ski yang sesungguhnya. Akhirnya datanglah saat yang dinanti. Here it is main-main ski part 2... Yuuk mareee
Di bulan Februari 2008 ada tawaran main ski bareng anak-anak dormitoryku.. Yeyyyy. Bareng berondong-berondong (eh di dormy saya emang banyak anak-anak under graduated kok ;p) nyaman (naik bis bareng-bareng dari dorm) dan murah pulak. Siapa yang tidak ngiler. Jadilah kami para penghuni dormitory hitotsubashi mendaftar, dan ikut pula mendaftarkan sahabat saya yang bukan penghuni dorm Nim san (can't go without her, she was my friend in crime ;p). Akhirnya kami bisa beneran main ski kali ini. Yatttaaa!!!
Pada hari yang sudah ditentukan, kami melaju dengan bis menuju ke ski resort di Kusatsu, Gunma. Sampai hotel sih gak langsung ski. Skinya dimulai keesokan harinya, pagi-pagi.Karena kali ini topiknya tentang ski, yaa.. jadi singkat cerita, datanglah pagi menjelang. Masih super duper ngantuk. Kami sarapan terus berjalan menuju tempat peminjaman peralatan ski: pakaian, google, glove, kacamata, sepatu dan kali ini alat ski-nya. Lengkap kap kap.
Melaju ke resort menggunakan bis, gak jauh sih dari resort, hanya 10 menit saja. Sampai resort, kami memasuki arena dengan semangat 45. Awalnya saya dan beberapa teman berniat mendaftar ski school, namun Nim san menawari mengajari kami dasar-dasar ski, gratis. Yak, Nim sudah pernah ski sebelumnya dengan teman-teman Thai-nya, dan biaya ski school lumayan mahal, jadilah kami mengambil tawaran Nim saja ;p. Nim mengajari kami bagaimana menggunakan alat ski, melepasnya, dan bagaimana bila banyak salju menumpuk dialat ski kami. Itu penting, karena kalau alat ski bermasalah gak mungkin bisa meluncur. Lalu Nim membawa kami berjalan ke tempat yang menanjak. Setelah sampai di tempat menanjak, kami belajar meluncur, bagaimana berhenti, dan bagaimana jatuh yang cantik (maksudnya jatuh yang kalau bangun masih tetap cantik kakaakk.. hahahha... #maunya). Belajar jatuh ini cukup penting, sebaiknya jatuhkan badan kesamping, jangan ke depan, itu berbahaya buat kepala dan juga bisa gelinding-gelinding gak tertahankan. Setelah mendapatkan pelajaran dasar, kami langsung mempraktekan pembelajaran kami. Yeyyyy. Tentu saja beberapa kali jatuh, saling nabrak hahaha, tapi seru sekali.
Setelah beberapa kali meluncur dari tempat yang menanjak, Minh teman saya dari Vietnam mengajak saya naik ski lift ke bukit dan meluncur dari sana. Teringat-ingat pengalaman pertama naik ski lift di Nagano, membuat saya agak ngeper untuk ngulang lagi, tapi Minh tetap mengajak dan akhirnya saya mau juga dengan janji bantuin saya nanti meluncurnya.. hihihi. Jadilah saya naik ski lift, dan tetap saja saya turun dari ski lift dengan menjatuhkan diri..Wadawww.. sakit je'. Then dengan dibantu Minh saya mulai meluncur dari bukit, awalnya pelan-pelan, namun karena steep, kecepatan saya bertambah secara otomatis.. Woowowowo.. Kereen. Saya meluncur. Karena saya belum bisa berkelok-kelok, kalau kira-kira saya mendekat dengan orang lain, saya langsung break atau menjatuhkan diri heheheh. Tapi seru sekali, saya sangat menikmatinya, hingga saya bolak-balik naik ski lif, meluncur dari atas. Yatttaaaa!!!!
Karena saya sudah merasakan kesenangan meluncur dari atas, saya ingin berbagi dengan teman saya yang lain yang masih bermain dibawah saja. Jadilah saya meluncurkan rayuan maut saya kedia. Daaann akhirnya setelah rayu sana sini, belio mau juga ikut saya hihihi. Jadilah kami naik ski lift berdua, lalu sebelum sampai dipuncak, saya bilang kedia: nanti turunnya loncat ya pak, jatuh dikit gak papa kok, gak sakit. Jadi, ketika sudah sampai, berguling-gulinglah kami heheheh. Yak, saatnya meluncur, saya ingatkan si bapak untuk meluncur pelang-pelan saja dan saya bilang kalau saya gak akan jauh-jauh dari dia. Start. Dia meluncur duluan dan saya mengikuti gak jauh dari dia. Belum jauh, si bapak sudah jatuh. Saya berusaha membantu, maka saya break, tapi ternyata saya kejauhan hihihi. Saya semangati lagi belio. Meluncur lagi. Jatuh lagi. Meluncur lagi. Jatuh lagi. Entah berapa kali jatuh bangun terulang, dan saya cuma bisa bilang: are you okay pak? (wakkksss, mungkin si bapak udah mau nyekek saya kali yak hihihi). Dengan perjuangan akhirnya kami sampai juga di bawah. Lalu saya melihatnya, bertanya kembali: are you okay pak? Mau naik lagi gak? (kyaaa... i messed it up yak?? serius loh, gak ada maksud selain mau berbagi kesenangan dengan belio #suwer) Tapi tentu saja jawabannya: gak wi, makasih, saya mau istirahat saja. Ya, baiklah pak. Melihat percakapan itu, teman-teman saya yang mendengar hanya ketawa-tawa saja, sambil bilang ke saya: how dare you did it to him. What? What i did wrong? #nguuiiikkk . I messed it up, yes?
Setelah usaha saya untuk mengajak si bapak itu naik lagi ditentang oleh teman-teman yang lain, saya akhirnya meluncur sendiri saja, eh bersama teman-teman yang lain siih. Kami baru selesai ketika salju turun. Kami akhirnya meluncur ke restoran untuk menghangatkan diri dan siap-siap untuk kembali ke hotel. Main-main ski part dua ini benar-benar menyenangkan. Badan cape, pegel-pegel, kedinginan, muka merah (ski siang hari juga ada matahari loh, jadi kebakar muka ;p), tapi pengalaman meluncur.. siuuut, siuuut, sangat menyenangkan. Pengen coba lagii.. (yang akhirnya saya coba lagi di Otaru, Hokkaido. Yess, ini cerita di part tiga yaa)
Oh ya, one lesson learn buat saya di part ini: jangan maksa teman yang gak mau meluncur dari bukit ya. Demi alasan keselamatan dan pertemanan. (beruntungnya bapak itu masih selamat dan masih mau berteman dengan saya. Thanks God *sujud syukur). Ceritanya nih, selang sehari pulang dari Gunma, saya dan teman saya pergi ke Sapporo untuk seminar JICA, tiba-tiba saya ditelpon dari kampus, yang nyariin si bapak karena belionya gak bisa dihubungi dan belum menyerahkan paper yang sudah deadline. Si bapak ini gak biasa kaya gini, makanya kampus berusaha nelponin, bahkan sampai nelpon teman-temannya. Saya langsung panik, telpon si bapak, telpon teman-teman lain yang ada di dormitory untuk nengokin si bapak di kamarnya. Saya coba telpon-telpon, email, dan sms. Gak dijawab. Hikss. Makinlah saya tambah khawatir. Teman-teman saya yang pergi bareng saya ke Sapporo juga ikutan khawatir. Syukurnya akhirnya si bapak membalas sms saya kalau dia sakit gak bisa bangun dari tempat tidur, tapi sudah agak baikan, dan akan segera mengirim papernya. Wuiiihhh. Langsung saya balas, kalau saya minta maaf karena bikin dia sakit, dan mendoakan semoga dia cepat sembuh. Teman-teman yang saya laporin langsung nyengir-nyengir dan men-torture saya karena saya yang membuat si bapak sakit. Errrrrrrrrr. They really enjoyed torturing me. So, kalau gak mau hal kaya gitu terjadi, lebih baik hati-hati ajak teman ber-advanture, apalagi kalau kitanya juga pemula.. Hihihiiii..
Karena kenangan indah dan kegagalan itu, kami sangat eager untuk merasakan ski yang sesungguhnya. Akhirnya datanglah saat yang dinanti. Here it is main-main ski part 2... Yuuk mareee
Di bulan Februari 2008 ada tawaran main ski bareng anak-anak dormitoryku.. Yeyyyy. Bareng berondong-berondong (eh di dormy saya emang banyak anak-anak under graduated kok ;p) nyaman (naik bis bareng-bareng dari dorm) dan murah pulak. Siapa yang tidak ngiler. Jadilah kami para penghuni dormitory hitotsubashi mendaftar, dan ikut pula mendaftarkan sahabat saya yang bukan penghuni dorm Nim san (can't go without her, she was my friend in crime ;p). Akhirnya kami bisa beneran main ski kali ini. Yatttaaa!!!
Pada hari yang sudah ditentukan, kami melaju dengan bis menuju ke ski resort di Kusatsu, Gunma. Sampai hotel sih gak langsung ski. Skinya dimulai keesokan harinya, pagi-pagi.Karena kali ini topiknya tentang ski, yaa.. jadi singkat cerita, datanglah pagi menjelang. Masih super duper ngantuk. Kami sarapan terus berjalan menuju tempat peminjaman peralatan ski: pakaian, google, glove, kacamata, sepatu dan kali ini alat ski-nya. Lengkap kap kap.
Melaju ke resort menggunakan bis, gak jauh sih dari resort, hanya 10 menit saja. Sampai resort, kami memasuki arena dengan semangat 45. Awalnya saya dan beberapa teman berniat mendaftar ski school, namun Nim san menawari mengajari kami dasar-dasar ski, gratis. Yak, Nim sudah pernah ski sebelumnya dengan teman-teman Thai-nya, dan biaya ski school lumayan mahal, jadilah kami mengambil tawaran Nim saja ;p. Nim mengajari kami bagaimana menggunakan alat ski, melepasnya, dan bagaimana bila banyak salju menumpuk dialat ski kami. Itu penting, karena kalau alat ski bermasalah gak mungkin bisa meluncur. Lalu Nim membawa kami berjalan ke tempat yang menanjak. Setelah sampai di tempat menanjak, kami belajar meluncur, bagaimana berhenti, dan bagaimana jatuh yang cantik (maksudnya jatuh yang kalau bangun masih tetap cantik kakaakk.. hahahha... #maunya). Belajar jatuh ini cukup penting, sebaiknya jatuhkan badan kesamping, jangan ke depan, itu berbahaya buat kepala dan juga bisa gelinding-gelinding gak tertahankan. Setelah mendapatkan pelajaran dasar, kami langsung mempraktekan pembelajaran kami. Yeyyyy. Tentu saja beberapa kali jatuh, saling nabrak hahaha, tapi seru sekali.
Setelah beberapa kali meluncur dari tempat yang menanjak, Minh teman saya dari Vietnam mengajak saya naik ski lift ke bukit dan meluncur dari sana. Teringat-ingat pengalaman pertama naik ski lift di Nagano, membuat saya agak ngeper untuk ngulang lagi, tapi Minh tetap mengajak dan akhirnya saya mau juga dengan janji bantuin saya nanti meluncurnya.. hihihi. Jadilah saya naik ski lift, dan tetap saja saya turun dari ski lift dengan menjatuhkan diri..Wadawww.. sakit je'. Then dengan dibantu Minh saya mulai meluncur dari bukit, awalnya pelan-pelan, namun karena steep, kecepatan saya bertambah secara otomatis.. Woowowowo.. Kereen. Saya meluncur. Karena saya belum bisa berkelok-kelok, kalau kira-kira saya mendekat dengan orang lain, saya langsung break atau menjatuhkan diri heheheh. Tapi seru sekali, saya sangat menikmatinya, hingga saya bolak-balik naik ski lif, meluncur dari atas. Yatttaaaa!!!!
Karena saya sudah merasakan kesenangan meluncur dari atas, saya ingin berbagi dengan teman saya yang lain yang masih bermain dibawah saja. Jadilah saya meluncurkan rayuan maut saya kedia. Daaann akhirnya setelah rayu sana sini, belio mau juga ikut saya hihihi. Jadilah kami naik ski lift berdua, lalu sebelum sampai dipuncak, saya bilang kedia: nanti turunnya loncat ya pak, jatuh dikit gak papa kok, gak sakit. Jadi, ketika sudah sampai, berguling-gulinglah kami heheheh. Yak, saatnya meluncur, saya ingatkan si bapak untuk meluncur pelang-pelan saja dan saya bilang kalau saya gak akan jauh-jauh dari dia. Start. Dia meluncur duluan dan saya mengikuti gak jauh dari dia. Belum jauh, si bapak sudah jatuh. Saya berusaha membantu, maka saya break, tapi ternyata saya kejauhan hihihi. Saya semangati lagi belio. Meluncur lagi. Jatuh lagi. Meluncur lagi. Jatuh lagi. Entah berapa kali jatuh bangun terulang, dan saya cuma bisa bilang: are you okay pak? (wakkksss, mungkin si bapak udah mau nyekek saya kali yak hihihi). Dengan perjuangan akhirnya kami sampai juga di bawah. Lalu saya melihatnya, bertanya kembali: are you okay pak? Mau naik lagi gak? (kyaaa... i messed it up yak?? serius loh, gak ada maksud selain mau berbagi kesenangan dengan belio #suwer) Tapi tentu saja jawabannya: gak wi, makasih, saya mau istirahat saja. Ya, baiklah pak. Melihat percakapan itu, teman-teman saya yang mendengar hanya ketawa-tawa saja, sambil bilang ke saya: how dare you did it to him. What? What i did wrong? #nguuiiikkk . I messed it up, yes?
Setelah usaha saya untuk mengajak si bapak itu naik lagi ditentang oleh teman-teman yang lain, saya akhirnya meluncur sendiri saja, eh bersama teman-teman yang lain siih. Kami baru selesai ketika salju turun. Kami akhirnya meluncur ke restoran untuk menghangatkan diri dan siap-siap untuk kembali ke hotel. Main-main ski part dua ini benar-benar menyenangkan. Badan cape, pegel-pegel, kedinginan, muka merah (ski siang hari juga ada matahari loh, jadi kebakar muka ;p), tapi pengalaman meluncur.. siuuut, siuuut, sangat menyenangkan. Pengen coba lagii.. (yang akhirnya saya coba lagi di Otaru, Hokkaido. Yess, ini cerita di part tiga yaa)
Oh ya, one lesson learn buat saya di part ini: jangan maksa teman yang gak mau meluncur dari bukit ya. Demi alasan keselamatan dan pertemanan. (beruntungnya bapak itu masih selamat dan masih mau berteman dengan saya. Thanks God *sujud syukur). Ceritanya nih, selang sehari pulang dari Gunma, saya dan teman saya pergi ke Sapporo untuk seminar JICA, tiba-tiba saya ditelpon dari kampus, yang nyariin si bapak karena belionya gak bisa dihubungi dan belum menyerahkan paper yang sudah deadline. Si bapak ini gak biasa kaya gini, makanya kampus berusaha nelponin, bahkan sampai nelpon teman-temannya. Saya langsung panik, telpon si bapak, telpon teman-teman lain yang ada di dormitory untuk nengokin si bapak di kamarnya. Saya coba telpon-telpon, email, dan sms. Gak dijawab. Hikss. Makinlah saya tambah khawatir. Teman-teman saya yang pergi bareng saya ke Sapporo juga ikutan khawatir. Syukurnya akhirnya si bapak membalas sms saya kalau dia sakit gak bisa bangun dari tempat tidur, tapi sudah agak baikan, dan akan segera mengirim papernya. Wuiiihhh. Langsung saya balas, kalau saya minta maaf karena bikin dia sakit, dan mendoakan semoga dia cepat sembuh. Teman-teman yang saya laporin langsung nyengir-nyengir dan men-torture saya karena saya yang membuat si bapak sakit. Errrrrrrrrr. They really enjoyed torturing me. So, kalau gak mau hal kaya gitu terjadi, lebih baik hati-hati ajak teman ber-advanture, apalagi kalau kitanya juga pemula.. Hihihiiii..
Subscribe to:
Posts (Atom)